
HALUANSULTRA.ID- IHSG kembali memecah rekor ke zona 8.570, tapi satu saham emas berkapitalisasi besar justru mulai kehilangan tenaganya. Di saat euforia indeks menguat, pergerakan Antam (ANTM) makin pelan, sementara data broker menunjukkan investor institusi besar tidak lagi seagresif dulu di saham ini. Pertanyaannya, masih layak hold atau justru saatnya melirik emiten lain seperti MDKA, UNTR, dan bahkan Telkom?
Rencana pungutan biaya keluar ekspor emas dan batubara yang dibahas pemerintah semestinya memberi angin segar bagi Antam. Laporan riset menyebut Antam berpotensi menjadi salah satu penerima manfaat utama dari kebijakan tersebut, sementara MDKA dan UNTR justru berpeluang mendapatkan tekanan tambahan jika aturan benar-benar berjalan. Namun grafik bursa bercerita lain.
Antam hanya menguat tipis sekitar 0,69% ke kisaran 2.930 dan kini bergerak tepat di area krusial: sudah berada di bawah garis rata-rata bergerak (MA) 50 hari, dan makin dekat dengan MA 150 yang berada di sekitar 2.880. Sebelumnya, MA 150 beberapa kali menjadi penopang kuat dan memicu rebound. Antam sempat berusaha kembali ke atas 3.000 dan menembus MA 50, tetapi gagal dan balik lagi ke bawah level psikologis tersebut.
Selama harga masih sanggup bertahan di atas 2.880, pola ini cenderung berujung pada pergerakan sideway dengan 3.000 sebagai resistance terdekat dan MA 50 sekitar 3.100 sebagai target pengujian berikutnya. Risiko mulai membesar ketika harga tidak mampu lagi bertahan di atas MA 150. Jika support 2.880 jebol, Antam berpotensi melanjutkan pola lower low menuju zona 2.700–2.800. (Dilansir dari laman Herald.id)
Untuk trader yang ingin mencari momentum masuk, area 2.880–2.850 bisa menjadi zona pantau, namun tetap perlu disiplin menentukan batas cut loss jika skenario breakdown terjadi. Di balik gerak harga yang melemah, data broker menunjukkan gejala distribusi pelan-pelan dari sebagian investor institusi besar. Sejumlah manajer aset global tampak mengurangi porsi kepemilikan Antam, meski di saat yang sama masih ada institusi lain yang melakukan akumulasi bersih jutaan lembar dalam sebulan terakhir.
Kondisi ini menciptakan situasi tarik-ulur: tekanan jual dari sebagian investor kakap bertemu dengan minat beli dari pihak lain yang masih optimistis. Menariknya, konsensus analis masih menempatkan target harga rata-rata Antam di kisaran 3.780. Artinya, ruang kenaikan teoritis tetap terbuka di atas 20% dari harga saat ini, meski aliran dana asing jangka pendek justru cenderung keluar.
Dengan komposisi seperti ini, Antam lebih cocok untuk investor yang siap menahan fluktuasi dan disiplin memantau area 2.880 sebagai batas aman. Begitu level ini ditembus ke bawah, risiko penurunan lanjutan makin besar sehingga strategi “asal hold” menjadi kurang relevan. Berbeda dengan Antam yang dinilai diuntungkan oleh pungutan ekspor, MDKA justru disebut berpotensi tertekan oleh kebijakan tersebut.
Namun grafik harian MDKA menunjukkan cerita yang sedikit lebih segar. Harga MDKA masih sanggup bertahan di sekitar MA 150, dengan support penting di area 2.200. Pada perdagangan terakhir, saham ini menguat lebih dari 1% ke sekitar 2.300 dan sempat menyentuh MA 50 di kisaran 2.330.
Jarak antara MA 50 dan MA 150 masih relatif dekat, sehingga peluang kelanjutan tren naik tetap terbuka jika saham mampu menembus MA 50 dengan volume yang sehat. Yang membuat MDKA menarik, aliran dana asing mulai berbalik masuk.
Dalam beberapa hari terakhir, broker asing mencatat akumulasi yang cukup konsisten, termasuk pada hari kenaikan terakhir yang diiringi net buy dengan nilai cukup besar. Selama harga bertahan di atas 2.200, MDKA masih layak di-hold dengan potensi pengujian ulang MA 50 di sekitar 2.350. Jika tembus, target kenaikan berikutnya berada di rentang 2.400–2.500.
Di tengah sentimen fundamental yang tampak kurang bersahabat, dukungan teknikal dan akumulasi asing membuat MDKA tetap pantas dipantau sebagai kandidat swing trade. Dibanding Antam dan MDKA, pergerakan UNTR terlihat paling stabil. Saham ini berulang kali memantul dari MA 50 yang kini berfungsi sebagai support dinamis kuat. Level 27.000 juga terbukti menjadi zona pertahanan penting, dengan harga beberapa kali turun mendekati area 26.800 lalu kembali rebound.
Meskipun UNTR masih kesulitan tembus 28.000, tren menengahnya cenderung lebih sehat. MA 50 dan MA 150 sama-sama masih berada di bawah harga, menandakan tren naik belum patah. Investor asing juga belum sepenuhnya hengkang, karena data broker masih mencatat akumulasi ringan yang mendukung kenaikan bertahap. Untuk pemegang UNTR, level 27.000 dapat dijadikan patokan trailing stop.
Selama harga tidak turun menembus MA 50, peluang kenaikan menuju 28.000 tetap terbuka, dengan target lanjutan di sekitar 28.800 jika breakout terjadi. Bagi yang baru ingin masuk, menunggu harga mendekati zona support 27.000–26.800 memberi rasio risiko-imbalan yang lebih menarik. Di luar sektor komoditas, Telkom muncul sebagai salah satu bintang di tengah penguatan IHSG.
Setelah sempat turun di bawah 3.600 dan menyentuh support 3.500, Telkom berbalik arah dengan candle penguatan yang solid, naik lebih dari 5% ke sekitar 3.700. Secara teknikal, tren naik Telkom masih terjaga. Target jangka pendek berada di 3.800, dan jika level ini tertembus bersih, ruang kenaikan menuju 4.000 terbuka lebar.
Broker summary menunjukkan asing masih aktif melakukan akumulasi dengan nilai yang tidak kecil pada hari-hari terakhir. Untuk yang sudah punya Telkom, level 3.500 bisa menjadi batas aman pertama, sementara 3.400 dapat dipakai sebagai cut loss ketat. Selama kedua level ini tidak tersentuh, strategi hold masih relevan dengan mengincar potensi kenaikan bertahap ke 3.800 lalu 4.000.
Di tengah IHSG yang mencetak rekor baru, saham-saham komoditas besar menunjukkan dinamika yang berbeda. Antam tampak mulai kehabisan tenaga di dekat support penting, ditemani distribusi pelan-pelan dari sebagian investor kakap. MDKA dan UNTR justru memperlihatkan struktur harga yang lebih sehat, apalagi ketika aliran dana asing mulai menguat.
Untuk pemilik Antam, kunci keputusan ada di level 2.880. Selama harga bertahan di atas titik ini, hold masih bisa dipertimbangkan dengan target konservatif di 3.000–3.100. Jika jebol, rotasi sebagian dana ke nama lain yang trennya lebih kuat seperti UNTR, MDKA, atau Telkom bisa menjadi opsi yang lebih rasional.
Pada akhirnya, euforia IHSG di level 8.570 tidak otomatis membuat semua saham big caps aman di-hold tanpa evaluasi. Pergerakan investor institusi, posisi terhadap garis MA kunci, dan aliran dana asing kini menjadi kompas penting untuk menentukan apakah sebuah saham masih pantas dipertahankan, atau justru sudah waktunya pelan-pelan ditinggalkan. (HS)

Tidak ada komentar