Indonesia Tempati Posisi Produsen Beras Terbesar Di Kawasan ASEAN

waktu baca 2 menit
Rabu, 14 Mei 2025 11:45 884 deden

HALUANSULTRA.ID- Stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) tembus 3.701.006 ton. Angka itu menjadikan Indonesia sebagai negara terdepan di kawasan ASEAN dalam hal produksi beras yang terus meningkat. Hal itu diungkap Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman. Menurutnya, ini hasil kerja keras banyak pihak.

“Berdasarkan data resmi Perum Bulog per 13 Mei 2025 pukul 11.03 WIB, CBP mencapai 3.701.006 ton, ini hasil nyata kerja keras semua pihak, mulai dari petani, pemerintah pusat dan daerah, hingga Bulog dan jajaran yang aktif menyerap hasil panen petani di lapangan,” kata Mentan dalam keterangan di Jakarta. Dilansir dari laman Herald.id

Stok tersebut memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen beras terbesar di kawasan ASEAN, melampaui negara-negara utama seperti Thailand dan Vietnam. Hal ini diperkuat oleh laporan resmi United States Department of Agriculture (USDA) yang menempatkan Indonesia di posisi puncak produksi beras Asia Tenggara. Berdasarkan laporan USDA Rice Outlook April 2025, produksi beras Indonesia untuk musim tanam 2024/2025 diperkirakan mencapai 34,6 juta ton, meningkat 600 ribu ton dari proyeksi sebelumnya dan naik 4,8 persen dibandingkan tahun lalu.

Stok beras Indonesia yang mencapai 3,7 juta ton, merupakan tertinggi sejak Bulog berdiri pada 1969, diperkirakan menembus 4 juta ton, mencatat rekor baru dalam ketahanan pangan nasional, sebagai bukti keberpihakan negara pada petani. “Ini sejarah baru, stok beras kita menembus 3,7 juta ton, tertinggi dalam 57 tahun terakhir.

Ini bukan hanya angka, tapi bukti konkret keberpihakan negara pada petani dan sistem pangan yang mulai kuat dari hulu hingga hilir,” ujarnya. Menurut Mentan, pencapaian stok 3,7 juta ton membanggakan di tengah tantangan krisis pangan global dan peningkatan jumlah penduduk, diraih dalam waktu kurang dari lima bulan, lebih cepat dari tahun sebelumnya.

Dia menuturkan capaian itu hasil kebijakan afirmatif pemerintah, termasuk program tambahan pupuk subsidi, penguatan alsintan, percepatan tanam, digitalisasi pertanian, dan jaminan harga gabah melalui penetapan harga dari Rp5.500 per kilogram (kg) menjadi Rp6.500 per kg. Ia menjelaskan, mengacu pada data historis, rekor sebelumnya terjadi pada September 1985 dengan stok 3.006.872 ton, kini telah dilampaui hampir 700 ribu ton lebih tinggi pada Mei 2025, melebihi puncak cadangan era swasembada di masa lalu.

Amran mengungkapkan pada 1984 Indonesia mencapai swasembada beras dengan 166,6 juta penduduk, sedangkan pencapaian stok tertinggi 2025 diraih saat penduduk mencapai 283 juta, mencerminkan sistem pangan kini lebih kuat dan efisien. Mentan Amran menegaskan ketersediaan stok beras yang tinggi ini menjadi alat kendali strategis negara untuk menjaga stabilitas harga di pasar dan memperkuat posisi Indonesia menghadapi tekanan pangan global. (HS)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

    LAINNYA
    x