HALUANSULTRA.ID – Di sebuah jalan lengang yang biasanya tenang pada dini hari, sebuah kejadian mengguncang kota. Gamma, seorang siswa SMKN 4 berusia 17 tahun, meregang nyawa setelah peluru yang dilepaskan seorang polisi menembus tubuhnya. Kejadian ini, yang awalnya digambarkan sebagai upaya polisi meredam tawuran antar-geng, kini menjadi pusat kontroversi besar setelah rekaman CCTV tersebar ke publik.
Versi awal polisi menggambarkan Gamma sebagai bagian dari kelompok geng yang terlibat tawuran. Geng Seroja dan Geng Tanggul Pojok, demikian nama yang disebut, disebut tengah berseteru dengan senjata tajam di malam itu.
Menurut Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Irwan Anwar, “Korban merupakan anggota Geng Tanggul Pojok yang menyerang petugas. Tindakan tegas pun diambil untuk melindungi diri.”
Namun, rekaman CCTV yang beredar bercerita lain. Dalam video tersebut, tak terlihat ada tanda-tanda tawuran, apalagi penyerangan terhadap aparat. Gamma hanya seorang remaja, tanpa senjata, tanpa ancaman. Video itu memperlihatkan sekelebat aksi, di mana seorang pria muda jatuh setelah tembakan dilepaskan. Senyap dan pilu menyelimuti detik-detik yang seharusnya tidak pernah terjadi.
“Maaf” di Balik Kematian
Tepat seminggu setelah insiden, di hadapan Komisi III DPR RI, Kapolrestabes Semarang menyampaikan permintaan maafnya. “Kami menyesalkan kelalaian yang terjadi,” ujar Kombes Irwan Anwar, mengakui bahwa tindakan Brigadir R, pelaku penembakan, telah mencoreng citra institusi, dilansir dari laman resmi Herald.id.
Namun, bagi keluarga Gamma, maaf tidaklah cukup. Di ruang duka yang masih dipenuhi tangis, ayah Gamma berbicara lirih, “Anak kami bukan kriminal. Dia hanya seorang siswa yang bercita-cita tinggi. Kehidupannya direnggut tanpa alasan.”
Gemuruh di Media Sosial
Di dunia maya, protes menggema. Tagar #KeadilanUntukGamma menjadi tren, dengan ribuan orang menyerukan transparansi dan pertanggungjawaban. “Tembakan itu bukan sekadar kelalaian, tapi pelanggaran atas hak hidup seseorang,” tulis seorang warganet, menyuarakan kegelisahan kolektif.
Jalan Panjang Keadilan
Kasus ini menggarisbawahi ketegangan antara tindakan kepolisian dan hak asasi manusia di Indonesia. Di tengah janji reformasi dan transparansi, tragedi Gamma menjadi pengingat pahit bahwa keadilan kerap terasa jauh bagi mereka yang paling membutuhkannya. Gamma kini menjadi simbol harapan akan perubahan bahwa tidak ada lagi nyawa muda yang harus terbuang sia-sia di jalanan malam yang gelap. (Herald)