
HALUANSULTRA.ID, MUNA – Pemerintah Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra), terus mengembangkan potensi wisata. Salah satunya wisata gua yang menyimpan banyak sejarah soal peradaban manusia, puluhan hingga ratusan ribu tahun silam di Desa Liang Kabori, Kecamatan Lohia.
Kabid Pengembangan Sumberdaya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dispar Muna, Azisam, S.S.T. Par mengatakan, Gua Liang Kabori saat sudah terkenal hingga ke luar negeri, karena memliki beragam gua purba yang memperlihatkan aktifitas zaman dulu, dan telah diexplor.
Kata dia, lukisan-lukisan purba di Gua Liang Kabori ini menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan dan peneliti. Para peneliti dari berbagai negara bahkan datang ke gua ini untuk mempelajari kehidupan manusia purba di Sulawesi Tenggara. “Silahkan datang ke Muna, Gua Liang Kabori sangat indah,” terangnya, Kabid, kepada wartawan HALUANSULTRA.ID, Jumat 14 November 2025.
Menurut Azisam, pengembangan gua di Desa Liangkabori mendapat dukungan penuh dari Pemda. Bahkan, Bupati Muna, H. Bachrun, terus mempromosikan Gua Liangkabori sebagai situs prasejarah dan ikon pariwisata Kabupaten Muna. “Akses juga terus dibenahi agar pengunjung bisa nyaman,” katanya.
Termasuk, lanjut dia, meminta masyarakat untuk menjaga kelestarian situs prasejarah tersebut dari vandalisme, serta mengimbau untuk tidak merusak lukisan-lukisan kuno di dalamnya. “Kita juga telah melaksanakan Festival Liang Kabori untuk meningkatkan promosi pariwisata,” katanya.
Dalam bahasa suku Muna, Liang berarti gua dan Kabori berarti tulisan. Menurutnya, Desa ini memang memiliki potensi yang besar untuk pengembangan sektor pariwisata.
Sebab di Desa Liang Kabori terdapat banyak gua dengan lukisan purba, dan juga merupakan tempat keberadaan layang-layang tertua di dunia, dimana masyarakat lokal menyebutnya Kagati Kalope.
“Saat masuk kawasan, pengunjung lebih dulu akan menemui Liang Metanduno. Di dalam liang ini, terdapat lukisan simbol orang yang sedang mengendarai hewan. Tampak hewan yang dimaksud adalah kuda. Tidak hanya satu, lukisan orang berkuda ini lebih dari satu dan memiliki ukuran yang berbeda-beda,” ucapnya.
Setelah dari Liang Metanduno. Wisatawan bisa langsung mengarah ke Liang Kabori, di dalam tempat ini, terdapat gugusan bebatuan karst yang berbentuk abstrak, batuannya lumayan licin karena sesekali dibasahi oleh air. Dan masih banyak lagi gua lainnya.
Masih kata Azisam, S.S.T. Par, dalam gua memang banyak terdapat lukisan yang menegaskan jika gua ini merupakan salah satu peninggalan pra sejarah. Misalnya, lukisan manusia, matahari, ular, kuda, rusa, perahu, babi hutan, kalajengking, lipan juga layang-layang.
“Kalau untuk jalan menuju ke Desa Liang Kabori sudah bagus. Memang sesuai arahan bapak Bupati untuk mengembangkan potensi wisata Gua di Liang Kabori,” ujarnya, kepada awak media ini.
Untuk mencapai kawasan gua, pengunjung jika berangkat dari pusat Kota Raha, Kabupaten Muna, jaral ke Gua Liang Kabori adalah sekitar 17 km. Sementara dari poros Mabolu-Kontunaga sekitar 6 Km.
Azisam menambahkan, Gua di Liang Kabori sebagai ikon penting bagi Kabupaten Muna, yang tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga potensi ekonomi yang besar melalui pariwisata. Ia pun mengajak wisatawan untuk berkunjung sekaligus melihat alam Desa Liang Kabori yang masih terjaga. (Imn)

Tidak ada komentar