Curhat Ketua HIPMI Konsel ke Kadin Indonesia : Komoditi Ekspor Kami Melimpah, Kendalanya Rantai Logistik Masih Panjang

HALUANSULTRA.ID — Ketua Umum Badan Pengurus Cabang Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPC HIPMI) Konawe Selatan, Dirga Mubarak melakukan pertemuan dengan Ketua Komite Tetap Bidang Investasi UMKM KADIN Indonesia, Eka Sari Lorena Surbakti dan Shanti Ramchand Shamdasani selaku Ketua Komite Tetap Bidang Ekspor UMKM KADIN Indonesia.

Kehadiran dua tokoh perempuan pengusaha tersebut dalam acara pelatihan digital marketing bagi UMKM dan Koperasi di Kota Baubau, Kota Kendari, Kabupaten Bombana, Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Konawe Selatan, yang diselenggarakan oleh Proyek NSLIC/NSELRED Sultra kerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi .

Pertemuan itu berlangsung dalam suasana santai di salah satu hotel di Kota Kendari, Kamis (28/10/2021). Dirga Mubarak pun mendiskusikan program dan strategi kolaborasi yang dibutuhkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dirga memaparkan potensi pertanian yang ada di Kabupaten Konawe Selatan antara lain Kopra putih, Mete dan Minyak Nilam.

Berdasarkan data dari Balai Pusat Statistik tahun 2020, lanjut Dirga, produksi Kopra putih di Konsel mencapai 3.656 ton, jambu mete 6.087 ton dan minyak nilam hampir 1.000 ton per tahun. “Produk pertanian tersebut memiliki potensi ekspor yang besar jika diberikan kemudahan dalam hal logistik dan distribusi,” ujarnya, kepada haluansultra.id.

Dirga Mubarak bersama Ketua Komite Tetap Bidang Investasi UMKM KADIN Indonesia, Eka Sari Lorena Surbakti dan Shanti Ramchand Shamdasani selaku Ketua Komite Tetap Bidang Ekspor UMKM KADIN Indonesia (tengah)

Menurutnya, salah satu kendala yang dihadapi dalam pemasaran produk pertanian adalah rantai logistik dan distribusi yang masih panjang. Untuk itu, point utama yang harus ditangani adalah bagaimana memotong rantai tersebut menjadi lebih pendek. “Kalau yang terjadi sekarang masih melewati broker atau penghubung di Surabaya atau di Jakarta, sehingga 2 kota ini lebih dikenal sebagai origin atau asal barang ketika kita melakukan eksport,” katanya.

Salah satu solusi menurut Dirga, melakukan direct selling ke buyer secara langsung. Keuntungannya selain cost menjadi lebih rendah, daerah juga akan dikenal sebagai asal komoditi oleh negara lain. “Nah ini harus mendapat solusi,” imbuhnya.

Kondisi tersebut juga diakui oleh Eka Sari Lorena Surbakti. Wanita yang juga merupakan Direktur PO Lorena, perusahaan yang bergerak di bidang transportasi, memiliki 500 Armada. Eka sepakat dengan konsep menjadikan rantai logistik lebih pendek. Kata dia, konsep ini akan mereduce cost logistik. “Tepat sekali apa yang disampaikan oleh Dirga. Memang harus ada solusi rantai logistik ini,” beber President Komisaris Bawa Indonesia Global (BIG) ini.

Hal senada juga disampaikan, Shanti Ramchand Shamdasani. Shanti yang juga berprofesi sebagai konsultan hukum dan perdagangan internasional, menuturkan jika berbicara mengenai ekspor, bukan hanya mengenai logistik dan distribusi, tetapi ada beberapa faktor lain yang perlu diperhatikan. Diantaranya Quality Control atau kualitas komoditi yang akan dipasarkan, kepastian volume, kesinambungan atau kontinuitas produk dan faktor lainnya.

“Sehingga untuk mengekspor komoditi ke luar negeri para pelaku usaha harus betul-betul siap dari segala aspek,” sambungnya. Dalam pertemuan tersebut, HIPMI Konsel berharap kedepannya tercipta sinergitas dan kolaborasi dari berbagai pihak dalam peningkatan kapasitas UMKM dan koperasi sebagai tindakan nyata dan solusi ekonomi lokal pada masa pandemi Covid 19 khususnya di Kabupaten Konawe Selatan. (HS)

Tinggalkan Balasan