HALUANSULTRA.ID- PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF), salah satu perusahaan ritel terbesar di Indonesia, dikabarkan telah menutup tujuh gerainya hingga kuartal III/2024. Langkah ini diambil di tengah penurunan laba bersih dan pendapatan yang dialami perusahaan. Berdasarkan laporan keuangan hingga kuartal III/2024, laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp 622,2 miliar, turun 1,32% dari Rp630,5 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Penurunan kinerja ini mencerminkan tantangan yang dihadapi sektor ritel, khususnya dalam mempertahankan daya beli konsumen di tengah ketidakpastian ekonomi. Matahari Department Store, yang kini mengoperasikan 155 toko di 82 kota di Indonesia, tetap berkomitmen untuk beradaptasi dan mempertahankan posisinya sebagai platform ritel terbesar di Indonesia. Perjalanan Panjang Matahari Dilansir dari laman resminya, Matahari memulai operasinya pada 24 Oktober 1958 dengan sebuah toko pakaian anak-anak di Jakarta.
Pada tahun 1972, Matahari membuka department store modern pertama di Indonesia. Seiring waktu, perusahaan ini berhasil mentransformasikan dirinya menjadi salah satu pemain utama di industri ritel tanah air. Sebagai “House of Specialists”, Matahari kini fokus pada empat pilar utama: produk berkualitas, harga kompetitif, pengalaman pelanggan yang unggul, dan pengelolaan sumber daya manusia.
Selain toko fisik, Matahari memperluas kehadirannya secara online melalui matahari.com, platform belanja berbasis chat “Shop & Talk”, serta marketplace pihak ketiga. Dengan dukungan lebih dari 30.000 staf, 600 pemasok lokal, dan sejumlah penghargaan nasional serta internasional, Matahari telah mengukuhkan reputasinya sebagai perusahaan ritel yang dinamis dan terpercaya. Beberapa penghargaan yang diraih antara lain ESG Awards TrenAsia 2023, Fashion Retail of The Year 2023 oleh HIPPINDO, serta Top 50 Most Valuable Brand Awards 2021 oleh Brand Finance Indonesia.
Kisah sukses Matahari tak lepas dari peran pendirinya, Hari Darmawan, yang dikenal sebagai “Raja Bisnis Ritel”. Lahir di Makassar pada 27 Mei 1940, Hari Darmawan merintis kariernya dari bawah. Selepas SMA, ia merantau ke Jakarta dan menikah dengan putri pemilik toko “Mickey Mouse” di Pasar Baru. Setelah toko tersebut diserahkan kepadanya, Hari berhasil mengembangkannya hingga menjadi bisnis ritel yang besar. Pada 1986, Hari membeli toko De Zon (The Sun) di Pasar Baru dan mengganti namanya menjadi Matahari.
Keberhasilan Hari membawa Matahari melantai di Bursa Efek Indonesia pada 9 Oktober 1989. Di masa kejayaannya, Matahari bahkan sempat mengalahkan jaringan ritel raksasa Walmart yang hanya bertahan satu tahun di Indonesia. Hari Darmawan juga mendirikan Pasar Swalayan Hari-Hari, yang hingga kini masih beroperasi. Namun, sang pendiri menutup usianya pada 2018 di usia 77 tahun, meninggalkan warisan besar dalam dunia bisnis ritel Indonesia.
Penutupan tujuh gerai hingga kuartal III/2024 menunjukkan tantangan yang dihadapi Matahari di tengah persaingan ketat dan perubahan perilaku konsumen. Meski begitu, perusahaan ini tetap optimis dengan strategi transformasi yang berkelanjutan untuk mempertahankan daya saing. Dengan pengalaman panjang serta dukungan dari pelanggan setia, Matahari diharapkan mampu menghadapi situasi sulit ini dan terus menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Indonesia.(HS)