HALUANSULTRA.ID,KENDARI -Jika tidak ada aral melintang, pemilihan calon gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) akan berlangsung 2024 mendatang. Hal ini membuat dunia politik di Bumi Anoa bakal hadapi dinamika yang lebih kompleks dan cenderung berubah-ubah.
Dosen Fisip Universitas Haluoleo (UHO), Prof. H. Eka Suaib berpandangan, belum adanya partai politik yang mendominasi di Sultra mengharuskan parpol satu dengan yang lainnya harus membangun koalisi. Akan tetapi, kondisi tersebut bakal lebih rumit karena diperhadapkan dengan kandidat yang bakal dipasangkan dari calon kandidat partai masing-masing. “Disitulah dibuat variasi-viriasi siapa yang berpasangan dengan siapa,” imbuhnya, Senin (21/6/2021).
Salah satu gambaran yang disampaikan Prof. Eka Suaib yakni dari hasil pemilu 2009, 2014 dan 2019. Di masa itu, tidak ada satu pun kekuatan partai politik yang mendominasi kursi di DPRD Sultra.
Kondisi tersebut mendorong terjadinya frangmentasi kekuatan politik di parlemen. Hal itu kemudian mendorong satu dengan yang lain harus membangun koalisi guna memenangkan pertarungan. “Contoh 2019, kekuatan partai politik itu terbagi 3 kelas yakni partai kelas atas, menengah dan kelas bawah,”paparnya.
Adapun partai politik yang dianggap memiliki peluang mengusung calon kepala daerah yakni yang memiliki basis-basis jelas di daerah baik daratan dan kepulauan. Namun, otak-atik koalisi itu masih cukup jauh untuk dilakukan mengingat dua tahun kedepan akan diwarnai dinamika yang muncul silih berganti. “Koalisi partai yang tepat perlu dan itu strategi jitu untuk membangun kekuatan,” pungkasnya.
Reporter : Krismawan