Hama Tikus Momok Petani Padi, Oleh : Hadrawati, SP., MP dan Suci Ayu Primaningsih, SP

HALUANSULTRA.ID – Salah satu faktor yang mengancam peningkatan produksi tanaman pangan, khususnya tanaman padi adalah serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) khususnya hama tikus. Serangan hama tikus menyerang pada semua areal pertanaman padi di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Hama ini menjadi momok bagi petani. Akibat serangannya dapat mengakibatkan gagal panen.

Berdasarkan hasil pantauan di areal pertanaman padi menunjukkan bahwa luas areal yang terkena serangan hama tikus sampai dengan September 2022 mencapai 7.530 ha dengan luas puso mencapai 192 ha. Prosentase serangan tikus terhadap luas tanam mencapai 4,6% dari luas tanam.

Berdasarkan pemantauan di lapangan menunjukkan bahwa kerusakan yang ditimbulkan serangan tikus pada tanaman padi bervariasi mulai ringan sampai dengan puso. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari salah satu petani mengungkapkan bahwa hama tikus hampir setiap musim menyerang tanaman padinya. Akibat serangannya menyebabkan kerugian signifikan.

Informasi yang didapatkan dari Koordinator PHP Kabupaten Konawe, Nandang Permana, bahwa hama tikus menimbulkan kerugian cukup besar pada saat menyerang pada fase bunting tanaman padi. Hal ini disebabkan karena tikus sawah berkesempatan mendapatkan pakan yang sangat disukai, ketika tanaman pada taraf pengisian bulir-bulir padi, dibandingkan dengan jenis pakan yang ada di habitat hidupnya.

Banyak kelebihan tikus ini, antara lain beranak banyak serta dapat berkembang biak dengan cepat, daya jelajah yang jauh, dapat berenang, memanjat serta membuat lobang untuk bersembunyi dan bersarang.

Dalam rentang umur yang 1 tahun lebih sepasang tikus dapat berkembang menjadi 2.046 ekor. Tikus betina dapat beranak lebih dari 4 kali setahun dengan jumlah anak rata-rata 6 ekor. 

Keberadaan tikus dapat diketahui dengan adanya kerusakan pada tanaman padi. Tikus merusak dengan memotong batang padi sepertiga dari bawah dengan bekas potong terlihat bersudut. Padi yang dirusak menjadi rebah terutama pada bagian tengah sawah dengan menyisakan pada pinggiran pematang.

Pada persemaian tikus juga memakan benih yang baru disemai atau kecambah yang baru tumbuh. Kegiatan pengendalian tikus sawah harus disesuaikan dengan kondisi lahan sawah. Pengendalian ditekankan pada awal musim tanam untuk menekan populasi awal tikus sejak awal pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan gropyokan masal, sanitasi habitat, pemasangan TBS dan LTBS.

Faktor yang menyebabkan kurang efektifnya pengendalian hama tikus pada tanaman padi yaitu pengendalian hama tikus dilaksanakan pada saat serangannya berat (penanganan terlambat), tidak koordinasi dan serempak pada areal hamparan serta tingkat monitoring yang lemah dari petani. Oleh karena itu, pengendalian hama tikus pada tanaman padi harus serempak dan terkoordinir. (*)

Penulis Adalah POPT Ahli Madya BPTP Sultra) dan POPT Ahli Muda BPTP Sultra

Tinggalkan Balasan