Singkong Sebagai Aset Unik Terselubung dan Keterbatasan Suplay, Oleh : Amandha Rahma Clarissa Ansarullah

HALUANSULTRA.ID – Singkong atau yang lebih dikenal sebagi ubi kayu (Manihot esculenta), merupakan tanaman berbatang lunak dan banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Singkong banyak tumbuh dan dapat hidup disegala macam lahan kecuali, lahan berbatu atau berlumpur/gambut. Petani diberbagai daerah di Indonesia sangat menyukai tanaman ini. Selain mudah dalam perawatan juga memiliki nilai jual sangat tinggi.

Singkong sebagai salah satu bahan makanan alternatif pengganti beras, memiliki kandungan karbohidrat dan gula yang cukup tinggi membuat beberapa kalangan masyarakat cukup menghindari makanan ini, akan tetapi berkenaan dengan kemajuan tekhnologi dibidang agroindustri dan berbagai penelitian terhadap tanaman singkong, ditemukan begitu banyak olahan berbahan dasar tanaman ini.

Berbagai olahan singkong seperti tapioka/kanji, floor (tepung gaplek) dan glukousa (krimer kering) bila terkelola dengan baik, dapat meningkatkan income ataupun pendapatan ekonomi dari petani maupun perusahaan-perusahaan yang mengolah singkong. Sebagai salah satu contoh, kebutuhan akan tepung tapioka oleh beberapa perusahaan pabrik mie instan maupun mie basah di Indonesia hanya tercukupi dikisaran 15% sampai dengan 20% saja. Hal ini dikarenakan pengolahan singkong yang dilakukan oleh para petani masih dilakukan secara tradisional maupun semi industri.

Singkong setelah melalui proses penggilingan.

Secara khusus, Sulawesi Tengggara sebagai salah satu provinsi yang memiliki banyak penduduk bermata pencaharian petani, memiliki animo atau keinginan yang cukup tinggi untuk menanam singkong, disebabkan beberapa kabupaten yang ada di Sulawesi Tenggara justru menjadikan singkong sebagai bahan makanan pokok di antaranya kepulauan kabupaten buton, kabupaten wakatobi dan buton utara. Oleh karena itu, beberapa daerah yang ada didaratan Sulawesi Tenggara menjadikan singkong sebagai komoditi utama pertanian.

Munculnya perusahaan pengolah singkong seperti seperti PT Agri Cassava Makmur dan PT Cipta Agro Mandiri di Kabupaten Konawe Selatan, membuat sirkulasi kebutuhan singkong semakin meningkat. Terjadinya perebutan hasil pertanian singkong antara kebutuhan konsumsi pasar lokal dan kebutuhan pabrik, menjadikan nilai jual singkong dipasaran semakin tinggi. Berbagai diskusi dan perbincangan dengan beberapa pihak manajemen pabrik tapioka mengeluhkan keterbatasan suplay singkong dari petani, sehingga berdampak pada kemampuan pabrik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional maupun pasar ekspor.

Perusahaan pengolah singkong PT Agri Cassava Makmur di Kabupaten Konawe Selatan.

Salah satu alasan terjadinya kekurangan pasokan tersebut dikarenakan dari pihak petani tidak memanajemen atau mengatur pola tanam, sehingga pada saat tertentu terjadi lonjakan produksi demikian juga pada saat tertentu terjadi kekosongan produksi. Setelah melakukan serangkaian bimbingan/conseling dengan para petani, sebagian petani yang menjadi mitra perusahaan mulai melakukan penanaman yang tidak serempak.

Saat ini, sebagian besar petani singkong yang ada di kabupaten Konawe dan Konawe Selatan telah beregenerasi dalam pemahaman serta praktek dengan menjadikan singkong sebagai salah satu asset unik, dan terselubung melalui berbagai pelatihan serta pemberdayaan yang dilakukan oleh Perusahaan-perusahaan pengolah singkong. Berbagai peluang dan potensi yang diharapkan kedepan oleh Perusahaan yang ada, paling tidak dapat memenuhi minimal 30% pasar nasional dan 10% pasar ekspor.

*Penulis Adalah Mahasiswa Universitas Muhamadiyah Kendari

Tinggalkan Balasan