HALUANSULTRA.ID- Di ruang besar yang dipenuhi deretan kursi dan meja panjang, pagi itu sebuah pementasan penting digelar. Kompleks Parlemen Senayan menjadi panggung utama, tempat di mana sepuluh calon pimpinan (Capim) dan sepuluh calon dewan pengawas (Cadewas) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) masa jabatan 2024-2029 memasuki arena penuh ekspektasi.
Ketua Komisi III DPR, Habiburokhman, memulai prosesi dengan pantun yang disambut senyum simpul hadirin. “Pergi ke Cakung membeli beras. Kita dukung KPK berintegritas,” ucapnya, seolah ingin mencairkan ketegangan yang menggelayut di udara.
Namun, di balik keriuhan pembukaan yang bersahaja itu, ada aura keseriusan yang tak dapat disembunyikan. Hari ini, Senin, 18 November 2024, adalah permulaan dari empat hari penuh dinamika, di mana para kandidat akan diuji tak hanya pada kecakapan intelektual, tetapi juga pada visi mereka untuk melindungi garda depan pemberantasan korupsi.
Pagi itu, tahapan pengambilan nomor urut dan pembuatan makalah menjadi gerbang pertama. Setiap kandidat, dengan ekspresi serius, mengambil langkah maju untuk menentukan urutan yang akan membawa mereka ke kursi pengujian. Angka-angka di atas kertas itu lebih dari sekadar urutan; mereka adalah pintu menuju kesempatan membuktikan diri. “Setelah nomor urut, siang nanti pendalaman Capim dimulai,” ujar Habiburokhman.
Dimulai pukul 13.00 WIB, proses ini akan menjadi momen krusial bagi 10 Capim, disusul pendalaman 10 Cadewas. Dalam suasana formal, setiap kata, ide, dan argumen mereka akan disimak, dicatat, dan dievaluasi oleh anggota Komisi III DPR. Wajah-Wajah di Balik Nama Dari daftar nama yang telah diumumkan, setiap kandidat membawa cerita, pengalaman, dan harapan. Agus Joko Pramono hingga Setyo Budiyanto, masing-masing membawa beban ekspektasi publik. Begitu pula nama-nama di jajaran Cadewas, dari Benny Jozua Mamoto hingga Wisnu Baroto, yang akan mengemban tanggung jawab besar untuk mengawasi roda KPK tetap berada di jalur integritas.
Di antara nama-nama itu, terdapat latar belakang yang beragam: birokrat, penegak hukum, hingga akademisi. Mereka tidak hanya mewakili diri sendiri, tetapi juga cerminan keberagaman gagasan yang diharapkan menjadi benteng melawan praktik korupsi. Menghadapi Hari-Hari Panjang Habiburokhman, yang berada di kursi kepemimpinan rapat, menyebut proses ini bisa saja lebih cepat dari yang dijadwalkan. “Kami minta semua kandidat stand by di sekitar Jakarta. Jadwal bisa dimajukan,” tegasnya.
Di tengah fleksibilitas waktu, satu hal yang pasti: integritas menjadi kata kunci yang terus bergema. Harapan di Ujung Jalan Bagi publik, nama-nama itu tak sekadar angka dalam daftar atau baris di makalah. Mereka adalah simbol harapan. Di tengah hiruk-pikuk politik dan sorotan tajam terhadap KPK, publik mendambakan sosok-sosok yang tak hanya tegas, tetapi juga jujur dan berdedikasi penuh. Saat matahari mulai meninggi, dan pendalaman dimulai, suasana berubah menjadi tegang.
Setiap detik terasa panjang, setiap jawaban memiliki bobot. Di ujung proses ini, 21 November mendatang, hanya beberapa nama yang akan melangkah maju sebagai penjaga garda depan pemberantasan korupsi Indonesia. Di ruang besar itu, senyap menjadi saksi. Dan di balik pintu-pintu tertutup rapat, keputusan yang akan memengaruhi masa depan KPK sedang dirajut perlahan, satu kata, satu argumen, satu visi pada satu waktu. (HS)