HALUANSULTRA.ID- Setyo Budiyanto, Ketua KPK baru, memulai masa kepemimpinannya dengan beban besar. Aktivis antikorupsi mempertanyakan apakah ia mampu membawa perubahan atau malah mengulang kesalahan pendahulunya, Firli Bahuri. Keterkaitan Setyo dengan institusi Polri menjadi pusat perhatian, terutama saat menangani kasus-kasus melibatkan kolega dari institusi yang sama. Herdiansyah Hamzah dari Universitas Mulawarman menyoroti risiko konflik kepentingan.
“Setyo mewakili kepentingan Polri, dan pengalaman menunjukkan ada masalah ketika pimpinan KPK berlatar Polri,” ujarnya. Kekhawatiran ini merujuk pada masa lalu Firli yang dinilai gagal menjaga independensi, bahkan terlibat isu dugaan jual beli perkara. Dalam uji kelayakan, transparansi Setyo juga dipertanyakan terkait pelaporan LHKPN. Rekam jejak yang dinilai bermasalah ini memunculkan keraguan tentang komitmennya memberantas korupsi. Zaenur Rahman dari UGM menambahkan, “Publik tidak ingin mengulang pengalaman pahit ketika pimpinan KPK justru merusak citra institusi.
Namun, Setyo memiliki kesempatan untuk membuktikan bahwa dirinya berbeda. Aktivis menuntut ia mampu melawan intervensi internal dan memperbaiki KPK dari dalam, termasuk memberantas pungutan liar yang diduga masih terjadi di rumah tahanan KPK. “Setyo harus berani memutus rantai intervensi, mengembalikan kepercayaan publik, dan membersihkan KPK dari korupsi sistemik,” kata Zaenur.
Di bawah bayang-bayang masa lalu, Setyo harus membuktikan dirinya mampu membawa KPK ke arah yang lebih baik. Sebagai pemimpin lembaga antikorupsi, tanggung jawabnya lebih dari sekadar memberantas korupsi, tetapi juga mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap integritas institusi. Waktu akan menjadi saksi apakah ia mampu menanggung beban ini atau justru tersandung dalam langkah awalnya. (HS)