HALUANSULTRA.ID – Acara kumpul bersama teman atau keluarga rasanya kurang lengkap tanpa adanya snack atau makanan ringan. Begitu juga saat beraktivitas seorang diri atau sedang jeda istirahat di sela-sela pekerjaan, camilan dapat menjadi teman setia untuk mengembalikan mood. Nah di Sulawesi Tenggara (Sultra), banyak kuliner dengan cita rasa berbeda. Aneka kuliner khas seperti singonggi, lapa-lapa, kabuto, kasuami, sate gogos pokea dan lainnya. Selain itu, Sultra juga memiliki segudang jajanan yang diproduksi dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Seperti kelompok industri hasil pertanian dan perkembunan Sagu Meambo Food di Kelurahan Mata, Kota Kendari.
Usaha yang digeluti oleh Hajar Hasyim ini, adalah kuliner gurih dan nikmat rasanya. Beberapa varian yang dijual antara lain jajanan dan cemilan seperti abon ikan tuna, bakso ikan tuna, naget ikan tuna, otak-otak ikan tuna, keripik cumi, kerupuk amplang, chips sagu kelor, biskuit sagu coklat dan biskuit sagu original serta brownies sagu. Cemilan unik ini selalu menjadi primadona bagi warga lokal dan pelancong yang berwisata ke provinsi bagian tenggara ini.
Setiap wisatawan, wajib mencicipi atau menjadi oleh-oleh saat meninggalkan Sultra. Sebab, makanan khas ini begitu digemari oleh banyak orang baik muda maupun tua. “Kalau bahan coklatnya biasa kiriman langsung Kolaka Utara, ada juga pernah dari Sulawesi Barat. Sementara untuk sagu ini, sagu murni dan bersih lokal,” ujarnya, saat ditemui di lokasi produksi Saguku, oleh Haluansultra.id.
Menurut Hajar, segala jenis hasil yang diproduksi dipasarkan berdasarkan permintaan. Sejak beroperasi 2016 lalu, sudah puluhan ribu laku terjual dengan perbulan mencapai Rp 50 juta. Nah untuk mendapatkan produk Saguku, bisa berkunjung toko jualan aneka oleh-oleh di Kota Kendari. Barang dagangan wanita berhijab ini pun tak hanya dijajakan areal Sulawesi Tenggara, tetapi sudah merambah keluar Kendari lintas provinsi seperti Kalimantan, Jawa dan Bali. Bahkan sudah sampai ke luar negeri seperti Australia, Malaysia, Singapura, Jepang hingga Belgia.
“Ini dunia bisnis kita harus punya jaringan. Misalnya, saya bekerjasama dengan eksportir untuk ekspor biskuit sagu saya ke Jepang. Dan itu sangat menjanjikan. Lalu ada juga tawaran dari sebuah asosiasi untuk dipasarkan ke Belgia,” ucapnya. Harga yang ditawarkan pun cukup terjangkau hanya kisaran Rp 20 ribu hingga 25 ribu per bungkus. Seluruh produk makanan dan minuman yang ditawarkan kepada konsumen sudah memperoleh ketetapan halal. Ia pun membeberkan salah satu yang terpenting dalam proses pengolahan adalah menjaga keebersihan dan rasa.
Artinya semua yang diproduksi steril demi mendapatkan hasil yang bagus. Lalu jualan memiliki rasa nikmat. “Kita ini pelaku usaha harus membangun kepercayaan kepada konsumen. Itu yang harus menjadi pegangan,” terangnya. Wanita berjilbab ini membeberkan, alasan sampai tertarik mengembangkan bisnis olahan sagu, karena memiliki peluang meraup pendapatan besar. Ia bercerita, awalnya lembaga organisasi PBB yang mengurusi soal pangan dunia dan pertanian Food and Agriculture Organization (FAO) hadir di kota Kendari.
Lembaga ini kemudian berinisiatif memberi pelatihan cara efektif, mengolah bahan sagu lokal menjadi produk pangan bermutu seperti jajanan, dan cemilan yang bernilai jual di masyarakat.
Hajar pun mengaku sangat bersyukur karena perwakilan FAO, menularkan ilmu kreatifitas sehingga bisa menyulap bahan sagu lokal menjadi cemilan dan jajanan enak berkualitas. “Produk kami sudah mendapat pengakuan dari badan pangan dunia. Intinya kalau bicara rasa tidak perlu khawatir dengan produk pangan Saguku. Silahkan dicoba, tidak kalah dengan kue-kue pabrikan yang dijual di toko ataupun di swalayan pada umumnya,” ucapnya.
Hajar menambahkan, apa yang dicapai saat ini tentu tidak luput juga dari bantuan pemerintah dalam membantu proses pemasaran. Kata dia, di Sulawesi Tenggara (Sultra), bisnis Usaha Kecil Menegah (UKM) menjadi salah satu usaha yang banyak peminatnya. Tidak bisa dipungkiri, hadirnya pelaku usaha membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar. Makanya, tidak heran jika bisnis ini kuliner begitu pesat perkembangannya. Selain itu, pemerintah juga mendukung dan gencar membantu agar usaha UMKM bisa semakin berkembang. Apalagi, keuntungan yang diperoleh dari membuka bisnis makanan ringan pun tidak bisa diremehkan, keuntungan bombastis hingga ratusan juta.
“Saat ini usaha kuliner semakin menjanjikan banyak keuntungan. Apalagi di era pandemi seperti sekarang, justru bisnis kuliner menawarkan peluang yang sangat menjanjikan,” cetusnya. Kini berbagai varian produk cemilan berbahan dasar Sagu dihasilkan melalui tangan dinginnya. Produk yang di branding dengan merk SAGUKU telah menjadi snack populer. Masing-masing memiliki ciri khas rasa, bahan dasar, bentuk, tekstur, hingga kemasan tersendiri. Dengan banyaknya pilihan, akan merekomendasikan snack ringan favorit yang bisa dipilih sesuai selera. Selamat mencoba.
Sementara itu, Gubernur Sulawesi Tenggara, H. Ali Mazi, mengungkapkan bahwa produk unggulan UMKM Sulawesi Tenggara tidak kalah dengan daerah lain karena memiliki ciri khas yang nikmat. Para pelaku usaha diharapkan bisa mengikuti setiap kegiatan pameran, sebagai ajang promosi dan pemasaran berbagai produk dan komoditi lokal.
Kata dia, produksi pelaku usaha di Sultra baik kuliner mau snack atau cemilan merupakan potensi yang harus dimanfaatkan. “Saya berharap agar kiranya pelaku usaha memanfaatkan setiap momentum menjadi transaksi jual beli bahkan menjadi hubungan bisnis investasi ke depan. Sudah saatnya UMKM berperan aktif sebagai pelaku usaha ekspor untuk meningkatkan nilai tambah produk lokal,” kata Ali Mazi. (ADV)