Cerita Penenun Pertama Motif Bia Lawa Hingga Tampil di Indonesia Fashion Week 2023

HALUANSULTRA.ID – Motif tenun Bia Lawa merupakan motif yang berasal dari Buton-Kota Baubau dan diklaim telah ada sejak masa pemerintahan kerajaan Buton. Motif tersebut kemudian kembali diangkat melalui kreativitas pengembangan motif tenun pada 2021 lalu melalui lomba desain motif, untuk masyarakat umum yang diselenggarakan oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian Baubau bekerja sama dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Baubau.

Pendesain motif Bia Lawa pada lomba tersebut adalah Waode Mukhlishah Anshari, warga Kelurahan Sribatara, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton yang dituangkan dalam bentuk gambar diatas kertas. Motif Bia Lawa yang didesain itu mendapat juara pertama dalam lomba tersebut. Namun sayangnya, para pendesain termasuk Waode Mukhlishah Anshari tidak bisa menuangkan kreativitas desainnya tersebut kedalam bentuk tenunan. Sehingga motif Bia Lawa didesain oleh orang yang berbeda. Lantas siapa penenun pertama pengembangan motif Bia Lawa?

Dia adalah Nursimah Nazi, warga Kelurahan Bone-Bone, Kecamatan Batupoaro, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra). Namun, saat ini ia bersama keluarga bertempat tinggal di Palagimata, Kelurahan Baadia, Kecamatan Murhum, Kota Baubau. Menenun adalah warisan turun temurun keluarga Nursimah Nazi. Ia menenun motif Bia Lawa pada akhir 2021 setelah menerima desain hasil juara lomba melalui pelatihan menenun yang diadakan oleh Dinas Perindag Baubau bekerjasama dengan Dekranasda Kota Baubau.

“Dalam pelatihan itu, ibu Herawati Mukhlisi selaku narasumber memberi kami tugas menenun desain hasil lomba sebelumnya. Saya dapat motif Bia Lawa,” ungkap Nursimah. Setelah itu, pada 2022 tenunan motif Bia Lawa dalam bentuk baju ditampilkan pada fashion show dan Indonesia Fashion Week 2023 di Jakarta yang didesain langsung oleh Defrico Audi.

Bahan dan Proses Pembuatan Tenun Motif Bia Lawa

Motif tenun Bia Lawa pertama kali dibuat Nursimah Nazi menggunakan alat tenun tradisional berupa gedokan yang terbuat dari kayu, papan dan bambu. Nursimah mengaku bahwa sebelum proses pembuatan tenun tersebut ada pemilihan benang untuk kombinasi warna cocok. Untuk tenunan motif Bia Lawa yang pertama kali dibuatnya menggunakan warna dasar hitam dengan kombinasi warna motif coklat, kekuningan dan putih. Semua warna tersebut berasal dari benang jahit. Sementara untuk menghubungkan garis bawah dengan lingkaran di dalam menggunakan benang nilon.

Proses pembuatan tenunan motif Bia Lawa.

“Pertama itu saya yang tenun, tapi habis itu diminta orang untuk ambil contoh. Tapi dia kasih beda, dia motif berdiri sementara saya kan dia bersusun 2 menyamping. Tapi kalau dijadikan sarung dia berdiri jadinya,” tutur Nursimah. Untuk menenun motif Bia Lawa diakuinya sangat susah dan membutuhkan fokus yang tinggi. Tenunan pertamanya itu dibuat selama dua minggu dalam bentuk sarung.

Kata Nursimah, di Kota Baubau hanya dirinya seorang yang menenun motif Bia Lawa, sementara penenun lainnya mengaku motif itu sangat sulit. Sulit saat mengatur sisir, sebab jika sisirnya agak jarang hasilnya akan tipis dan sebaliknya. “Soalnya saya kasih tahu juga teman-teman, tidak ada yang mau katanya. Alasannya katanya susah. Pertama kita coba memang susah sekali tapi begitu kita tahu dasarnya bisa lancar mi kita buat,” terangnya.

Saat ini, yang sedang dikerjakan Nursimah ada empat motif Bia Lawa dengan warna yang berbeda sesuai permintaan konsumen. Warna yang banyak diminati adalah dasar hitam, dengan corak orange dan putih. Untuk biaya pemesanan, ia hanya menghitung harga per satu sarung yaitu tenunan motif Bia Lawa sepanjang 4 meter dengan harga Rp800 ribu. Panjang tenunan 4 meter tersebut hanya bisa digunakan untuk membuat satu baju.

Nursimah berharap dengan diangkatnya motif Bia Lawa, semua pengrajin mau belajar dan membuat motif serupa. Dirinya mengaku senang sekali karena Kota Baubau sudah terkenal kembali melalui hasil kerajinannya. Impian Nursimah, dikemudian hari ia memiliki kelompok kerja sendiri. Pasalnya selama ini yang menghandlenya adalah Wakil Sekretaris Dekranasda Kota Baubau, Yanti. (HS/ADV)

Tinggalkan Balasan