Laris Manis Tenunan Khas Sultra, Miliki Bahan Berkualitas dan Warna Menarik

HALUANSULTRA.ID – Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Kota Kendari menjadi sukses tuan rumah Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan PB Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI). Rakernas yang dilaksanakan mulai 22 hingga 25 November 2023 ini, dirangkaikan dengan berbagai kegiatan, diantaranya pameran usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang menampilkan berbagai produk khas Sultra, termasuk tenun.

Dalam pameran tersebut, terlihat ada dua stand yang menampilkan tenunan khas Sultra, yakni rumah tenun manual (Asma Tenun) dan rumah tenun joewita silk. Nah untuk rumah tenun manual
menampilkan berbagai macam tenunan khas Sultra, diantaranya tenun Muna, Buton dan Kendari (Tolaki). Tak hanya tenunan berupa kain dan pakaian, rumah tenun manual juga menghadirkan penenun dan alatnya, sehingga para peserta dapat melihat langsung pembuatan kain tenun.

“Alhamdulillah antusias pengunjung sangat besar. Meski belum banyak laku tapi kita senang bisa memperlihatkan tenun khas Sultra kepada pengunjung, apalagi tenunan ini dibuat manual yang pengerjaannya lumayan lama, sekitar satu minggu hingga satu bulanan,” kata Owner Rumah Tenun Manual, Asma, kepada awak media ini. Menurutnya, tenunan yang ia pamerkan dibandrol dengan harga mulai Rp750 ribu hingga Rp2,5 juta. “Pameran ini juga sebagai ajang kami mempromosikan tenun manual, sebab kami baru satu tahun berdiri. Alhamdulillah laris manis,” ujar Asma.

Rumah tenun manual menghadirkan penenun dan alat tenun saat pemeran Rakernas IDI dan IIDI.

Kemudian, satu lagi rumah tenun joewita silk. Pada stand rumah tenun ini ditampilkan berbagai tenunan khas Sultra seperti tenun Bombana, Buton, Muna, Kendari (Tolaki) dan lainnya. Sejak dibukanya stand, dagangan tenunan laris manis dasn keuntungan mencapai puluhan juta. “Alhamdulillah banyak yang laku. Tenunan Sultra memang sudah terkenal memiliki bahan dan warna yang bagus, makanya banyak masyarakat dari dalam mau pun Sultra yang mencari,” beber Owner Rumah Tenun Joewita Silk, Puput.

Ia mengatakan, tenunan yang banyak laku yakni tenunan yang telah diubah menjadi pakaian jadi. Paling laris tenun khas Kendari atau tolaki yang dirancang menjadi baju kemeja. Tenunan yang dijual, kata Puput, dibandrol dengan harga mulai Rp100 ribu hingga Rp2 jutaan. Batik tenun tolaki adalah kain tenun khas Sulawesi Tenggara.

Motif Tolaki dicirikan oleh benang emas yang membentuk garis-garis halus dengan aksen bunga kecil. Warna khas motif Tolaki menggunakan oranye terang, abu-abu, biru tua, kuning susu, hijau lumut, dan merah pudar. Batik tenun tolaki memiliki tiga motif utama, yaitu kalo sara, jonga bertanduk lima dan pohon sagu dan masih banyak lagi motif lain. Setiap tema memiliki makna filosofis sebagai cermin kearifan lokal.

Beberapa baju hasil tenunan yang dipamerkan saat Rakernas IDI dan IIDI.

Kemudian, Kain tenun khas Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) identik dengan motif yang khas dan warnanya yang cerah. Rahasianya karena masih mempertahankan pewarna alami. Lalu, kain tenun Bombana dengan mtif filosofi kepala kuda. Hal ini menggambarkan nilai-nilai penting dalam kehidupan masyarakat Bombana. Kepala kuda dalam budaya Bombana melambangkan kekuatan, ketahanan, dan semangat untuk menghadapi tantangan. Motif ini mencerminkan semangat masyarakat setempat untuk terus maju dan berkembang.

Selain itu, motif filosofi kepala kuda juga memiliki nilai-nilai spiritual yang dalam. Dalam budaya Bombana, kuda dianggap sebagai makhluk yang memiliki hubungan khusus dengan alam dan roh-roh. Oleh karena itu, motif ini juga mencerminkan koneksi antara manusia, alam, dan spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian motif tenun Buton seperti sarung. Ciri khas sarung buton yakni mempunyai dua garis kecil di antara garis yang besar pada motif yang panjang melingkar maupun motif kotak.

Selain itu, terdapat juga benang perak putih dan benang mastulin pada sarung tenun buton ini. Aneka warna kain tenun yang sudah dibuat menjadi sarung motif benar-benar khas, kotak-kotak untuk pria dan bergaris panjang untuk wanita. Banyak yang sama seperti motif kain yang sudah ada sejak zaman Kesultanan Buton. “Semua tenunan ini diambil dari pengrajin luar biasa,” Puput manambahkan. Ia mengatakan, tenun khas Sultra yang motif Tolaki, Muna, Buton dan Bombana, cukup laris terutama bila datang tamu-tamu dari luar daerah yang membeli langsung ke pusat penjualan kain khas daerah di Kendari. (HS)

Tinggalkan Balasan