Diperiksa KPK, Hasto Kristiyanto : Antara Loyalitas dan Keadilan

HALUANSULTRA.ID- Nama Hasto Kristiyanto, Sekretaris Jenderal PDIP, kembali menjadi sorotan. Di tengah hiruk-pikuk politik yang tak pernah surut, Hasto berdiri di persimpangan antara loyalitas partai dan keadilan yang dipanggil dengan suara keras oleh publik. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dijadwalkan memeriksa Hasto terkait dugaan suap pergantian antarwaktu (PAW) Harun Masiku, kasus yang lama tertunda namun tak pernah benar-benar hilang dari ingatan.

Ini bukan sekadar panggilan hukum, tetapi sebuah drama yang menuntut jawaban di tengah keruhnya lanskap politik. Hasto, yang sebelumnya meminta penjadwalan ulang karena perayaan HUT PDIP ke-52, kini bersiap menghadapi hari panjang di Gedung Merah Putih. Dalam pernyataan terakhirnya, ia menyatakan telah mempelajari hak-hak sebagai tersangka, sebuah pernyataan yang terdengar seperti manuver hati-hati seorang politikus kawakan. “Saya akan taat pada proses hukum,” katanya di kawasan GBK, Jakarta.

Ucapannya terdengar berirama, seperti mantra yang diulang untuk meyakinkan dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya. Namun, persiapan itu tidak datang tanpa ketegangan. Gugatan praperadilan yang diajukan Hasto ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjadi bayang-bayang lain dari pertempuran yang sedang berlangsung. Apakah gugatan ini menjadi alat untuk mengulur waktu, ataukah benar-benar jalan mencari keadilan? Hasto tampak berusaha menjaga kendali di tengah badai, dengan menyebut bahwa persoalan ini telah lama membayangi dirinya.

Tapi, rakyat menunggu lebih dari sekadar komitmen dan retorika; mereka menanti kebenaran yang utuh, tanpa selubung politik dan opini yang sengaja ditiupkan. Di sisi lain, KPK pun menghadapi ujian. Bagaimana lembaga antirasuah ini melangkah di atas landasan hukum yang seimbang, tanpa terperosok dalam jebakan opini atau intervensi? Pertanyaan ini menggantung di udara, seperti menanti jawaban yang mungkin tak pernah cukup bagi semua pihak. Besok, di balik pintu Gedung Merah Putih, tak hanya seorang Hasto Kristiyanto yang akan diadili oleh proses hukum.

Lebih dari itu, ada ujian kepercayaan terhadap institusi hukum, terhadap demokrasi yang sering kali digoyahkan oleh kepentingan. Dan kita, sebagai bangsa, duduk di bangku penonton, berharap bahwa lakon ini tidak berakhir dengan tirai yang menutup terlalu cepat atau terlalu samar. Sebab, dalam setiap panggung keadilan, yang ditunggu adalah kebenaran yang bersinar terang, tak peduli siapa pun pemain utamanya. (HS)

Tinggalkan Balasan