Musala Ambruk, 38 Santri Masih Hilang dalam Reruntuhan

waktu baca 2 menit
Selasa, 30 Sep 2025 11:40 647 Admin HS

HALUANSULTRA.ID – Senja di Buduran, Sidoarjo, mendadak berubah menjadi duka. Suara doa yang baru saja terlantun di musala Pondok Pesantren Al-Khoziny terhenti oleh dentuman keras: bangunan bertingkat itu ambruk, runtuh hingga ke lantai dasar.

Pengecoran yang sejak pagi berlangsung menjadi awal dari malapetaka. Fondasi yang tak kuat, diduga, tak mampu menahan beban. Hingga Selasa, 30 September 2025 pagi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat masih ada 38 santri yang belum ditemukan. “Dalam pencarian 38 orang,” ujar Kepala Bidang Komunikasi Kebencanaan BNPB, Dodi Yuleova, menyampaikan laporan dari Kepala Kantor SAR Surabaya, dilansir dari laman resmi Herald.id.

Di balik kabar itu, satu nyawa santri telah dipastikan melayang. Sementara 102 orang berhasil dievakuasi, 91 di antaranya selamat setelah berlari keluar menyelamatkan diri, dan 11 lainnya ditarik keluar reruntuhan oleh tim SAR.

Area musala yang runtuh kini dipenuhi debu semen, besi, dan bata yang menutup jalan pencarian. Tim gabungan dari Basarnas, BPBD, TNI, Polri, pemadam kebakaran, relawan, hingga warga sekitar berjibaku membuka jalan, menggunakan peralatan ekstrikasi untuk menembus padatnya puing.

Malam hingga dini hari, lampu sorot menerangi usaha mereka, sementara doa-doa lirih terdengar dari kerumunan santri dan keluarga yang menunggu di luar garis polisi. Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas, Edy Prakoso, menegaskan fokus pencarian berada di titik reruntuhan musala tempat para santri dilaporkan sedang berjemaah ketika bangunan tiba-tiba roboh.

Dari Jakarta, regu Basarnas Spesial Grup (BSG) didatangkan, bergabung dengan tim penolong dari kantor SAR terdekat. Di balik kepulan debu reruntuhan, harapan masih menyala: semoga 38 santri yang belum ditemukan bisa segera diketemukan, entah dengan tubuh lemah namun bernyawa, atau dalam kepasrahan keluarga yang menanti.

Malam panjang di Buduran menjadi saksi, betapa rapuhnya bangunan manusia di hadapan waktu, dan betapa kuat doa yang tak henti dipanjatkan. (bs/Herald)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

    LAINNYA
    x