Dorong Pertumbuhan Ekonomi, Buka Lapangan Kerja Baru, Pemilik CNI Group Investor Lokal

HALUANSULTRA.ID, KOLAKA – Komitmen PT Ceria Nugraha Indotama (CNI Group) membangun smelter nikel di Kolaka, Sulawesi Tenggara, patut diapresiasi. Selain mendorong laju perekonomian, tentu lapangan kerja baru akan terbuka untuk ribuan orang. Apalagi dua nama yang menjadi pemiliki saham dalam perusahaan adalah investor lokal.

Pemilik CNI Group adalah dua bersaudara. Mereka, Derian Sakmiwata dan Cherisha Sakmiwata Sampetoding. Keduanya merupakan pemegang saham terbaru CNI Group. Derian Sakmiwata Sampetoding (51 persen persen) dan Cherisha Sakmiwata Sampetoding (49 persen).

“Izin usaha pertambangan (IUP) CNI Group yang dikeluarkan Bupati Kolaka No. 177 tahun 2012 ini telah mengalami perubahan. Pemegang saham terbaru CNI Group terdiri dari pak Derian Sakmiwata Sampetoding dan ibu Cherisha Sakmiwata Sampetoding sekaligus bertindak sebagai direktur perusahaan. Sedangkan pemegang saham sebelumnya, Andarias Pala Batara dan Yuni Manggabarani kini bertindak sebagai komisaris,” bunyi keterangan resmi yang diterima Haluansultra.id, Jumat (19/8/2022).

Dalam situs perusahaan, Derian berperan sebagai Presiden Direktur. Sedangkan Cherisha saat ini menjadi Direktur Keuangan dan Support. Derian Sakmiwata menjadi pemimpin bisnis dan diangkat sebagai Presiden Direktur CNI Group pada tahun 2014. Profil Derian Sakmiwata & Cherisha Sampetoding Pemilik CNI Group Derian merupakan lulusan International Business Science dari Universitas Griffith Australia pada 2013.

CNI Group saat ini memiliki ribuan karyawan, dan mengelola area pertambangan seluas 6.785 hektar yang terletak di Wolo, Kolaka, Sulawesi Tenggara. Tambang tersebut memiliki cadangan bijih nikel sebanyak 295 juta metrik ton. Melalui Izin Pertambangan untuk jangka waktu 20 tahun dan dengan dua kali opsi perpanjangan, masing-masing 10 tahun, Derian memimpin Ceria untuk membangun pabrik peleburan dan pengolahan bijih nikel.

CNI Group sendiri dibangun sejak 1992. Atto Sakmiwata Sampetoding, ayah dari Derian dan Cherisha sebelumnya menjabat sebagai Managing Director pada perusahaan ini. Nama yang disebutkan terakhir juga pengelola PT Kolaka Mining International dan owner PT Kayu Meridian Indotama. Sedangkan Cherisha Sakmiwata Sampetoding yang merupakan direktur keuangan sejak 2014 merupakan lulus Universitas Griffith Australia. Cherisha mengambil jurusan bisnis dalam pemasaran dan menerima gelar sarjana pada tahun 2013.

Kedua bersaudara ini telah mendapatkan komitmen dari sindikasi Bank Mandiri (BMRI) untuk melakukan pembiayaan pembangunan smelter di Sulawesi Tenggara. Smelter nikel CNI Group sendiri diperkirakan membutuhkan investasi US$2,31 miliar dengan kucuran dalam beberapa tahap. Adapun smelter yang dikembangkan oleh CNI Group ini, ketika selesai akan memiliki kapasitas total sekitar 100.000 ton nickel dan lebih dari 4.000 ton cobalt setiap tahunnya. Rinciannya 252.000 ton output dari rectangular RKEF dalam bentuk ferronickel dengan kandungan 22 persen nikel di dalamnya. Selanjutnya dari pengolahan HPAL akan menghasilkan output 103.000 ton dalam bentuk mixed hydroxide precipitate (MHP) yang di dalamnya terkandung 40.000 ton nikel dan lebih dari 4,000 ton kobalt.

Produk feronikel ini dapat diolah lebih Lanjut untuk memproduksi Stainless Steel dan produk turunannya (consuming needs). Adapun nickel matte dan nickel sulfide dapat digunakan untuk memproduksi bahan baku baterai. Pembangunan smelter Laterit Rectangular RKEF dan HPAL CNI Group melibatkan ENFI, BUMN China sebagai desainer engineering dan juga BUMN Indonesia yang memiliki reputasi global di bidang teknologi pengolahan bijih nikel, sebagai kontraktor EPC, yaitu PT PP (Persero) Tbk., (PTPP). Sementara untuk pasokan tenaga listrik smelter, saat ini telah terbangun gardu induk PLN di Wolo yang sudah energized memasok daya listrik sebesar 350 MW, dan selanjutnya akan dilakukan ekspansi tambahan kapasitas sebesar 350 MW sehingga totalnya menjadi 700 MW.

Pada April 2022 lalu, CNI Group telah mendapatkan pembiayaan sindikasi dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), Bank BJB (BJBR) dan Bank Sulselbar. Entitas CNI Group yang menerima kucuran kredit ini adalah PT Ceria Metalindo Prima (CMP) berupa term loan sebesar US$277,69 juta atau sekitar Rp 3,98 triliun. PT CMP merupakan anak usaha PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) Grup. Kredit sindikasi ini disalurkan untuk membangun proyek smelter pengolahan bijih nikel laterit rotary kiln electric furnace (RKEF) yang terdiri dari sebuah pabrik rotary kiln electric furnace (RKEF1) dan infrastruktur pendukung operasional RKEF1 di Lapao Pao, Kolaka, Sulawesi Tenggara dengan tenor hingga 9 tahun.

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi dalam keterangan tertulisnya saat penandatanganan kerjasama berharap dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, memberikan nilai tambah bagi industri di dalam negeri, serta membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. “Penandatanganan perjanjian terasa sangat spesial, karena menjadi tonggak sejarah bukan hanya bagi CNI Group, namun juga bagi Bank Mandiri. Saya juga ingin sampaikan setiap pembangunan industri smelter pasti akan membuka lapangan pekerjaan yang cukup besar. Perekonomian juga akan bangkit, ini yang kita inginkan bersama,” tutupnya. (imn/HS)

Tinggalkan Balasan