HALUANSULTRA.ID, KENDARI – Berita hoaks kerapmerajalela di tahun politik. Fenomena berita palsu secara global benar-benar memperoleh atensi dan pengaruh signifikan. Hal tersebut menjadi topik pembahasan pada Silahturahmi Nasional (Silatnas) II yang digelar Mafindo di Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), baru-baru ini.
Data yang dihimpun Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO), pada tahun 2018 tercatat sebanyak 997 hoaks dan berkembang di 2019 sebanyak 1.221 hoaks. Ketua Presidium Mafindo, Septiaji Eko Nugroho mengatakan hoaks dijadikan senjata konflik yang dimunculkan dalam bentuk informasi atau kampanye hitam yang penuh permusuhan berniat mengelabui dan memperkecil kemungkinan lawan untuk menang.
“Bahkan, pemilu sudah usai, masih muncul residu-residu dari pemilu 2014 dan 2019 yang belum kelar hingga kini, masyarakat seperti terbelah,” ujarnya. Tidak sampai di situ, munculnya hoaks terutama pada tahun politik sangat berpotensi memecah belah masyarakat.
“Sehingga dapat menyebabkan krediblitas dan integritas penyelanggara pemilu menurun, kualitas pemilu menurun karena diwarnai hoaks dan fitnah, merusak rasionalitas pemilih, serta perpecahan,” ungkapnya.
Terakhir, Septiani Eko menegaskan l, Mafindo bersama elemen masyarakat lain terus memantau hoaks yang berkembang di masyarakat lalu mengklarifikasi dan menyanggah agar masyarakat tak mengonsumsi informasi yang menyesatkan.
Reporter : Erviana Hasan