HALUANSULTRA.ID, KOLAKA – Saat ini banyak bermunculan restoran yang menawarkan konsep unik untuk menarik perhatian para pengunjung. Mulai dari gaya bangunan yang instagramable hingga pemandangan indah yang ditawarkan. Hal itu bisa kita temukan di kabupaten Kolaka. Usaha rumah makan yang menawarkan menu lezat kian menjamaur. Mulai dari makanan tradisional hingga modern sekarang ini. Beberapa lokasi yang bisa dikunjungi seperti di sepanjang pantai Kolaka, yang telah ditetapkan sebagai pusat lokasi kuliner. Coto Makassar, ikan bakar, ayam goreng, sari laut, semua lengkap dengan aneka bumbu lezat.
Bukan hanya di seputaran pantai, di Desa Puubunga Kecamatan Baula, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra) ada sebuah rumah makan yang menawarkan konsep unik. Area pengunjungnya menyatu dengan kolam ikan, sehingga bisa makan sambil menikmati suasana alam. Rumah makan ini adalah Trans Towua. Belakangan ini restoran tersebut tengah ramai diperbincangkan warga juga netizen. Letaknya yang strategis di tengah hamparan sawah, disulap menjadi sebagai tempat makan, bersantai ria, serta post selvie dengan desain yang menarik, ditopang hidangan yang menggugah selerah menjadikannya yang sangat tepat untuk berlibur bersama sanak keluarga atau pun pasangan.
Suasana rumah makan ini sangat sejuk dan ramai pengunjung, setiap akhir pekan tempat ini menjadi destinasi wisata baru bagi warga Kolaka yang akan berburu kuliner ikan air tawar. “Kami memelihara ikan lele, ikan mas, ikan bawang, ikan gurame, ikan patin, serta ikan nila, menjadi menu utama. Semua ikan yang menjadi menu kami ini langsung dari kolam dan masih segar ketika dihidangkan. Ada juga cah kangkung, ayam goreng, terong balado, ikan baronang, ikan bandeng dan menu lainnya. Terdapat 24 menu yang kami tawarkan kepada pengunjung,” ujar Darmia, selaku owner Trans Towua, Kepada Haluansultra.id.
Aroma gurih langsung menyapa pengunjung yang datang ke resto Darmia. Deretan lauk dan masakan tradisional langsung membuat Anda ingin menelan ludah dan membayangkan kelezatannya.
Salah satu lauk yang kerap menarik perhatian adalah ikan goreng juga bakar. Semua ikan segar yang sangat menggoda. Saat aneka lauk itu dimakan bersama sambal, rasa bumbunya yang sedap sangat terasa di lidah. Ikannya yang digoreng kering terasa kriuk-kriuk dan gurih. Sangat cocok dimakan bersama nasi hangat. Apalagi sambil menyantap makanan di pondok-pondok kayu dan bambu dalam bentuk gazebo yang tersedia, pengunjung sekaligus menikmati nuansa pedesaan yang kental, tak hanya itu, pengunjung juga dihibur musik yang cukup membuat nyaman.
Darmiah membeberkan, dirinya bersama suami awalnya memiliki kolam ikan nila untuk konsumsi pribadi. Lalu berlanjut dengan membuat tiga petak kolam lele. Ikan yang dipelihara sebanyak 150 ekor. Kata dia, saran untuk memelihara ikan lele datang dari tetangga. “Sempat ragu, karena setahu kami yang suka ikan lele itu hanya orang jawa, bahkan keluarga sendiri belum pernah merasakan ikan lele. Setelah diyakinkan, akhirnya kami mencoba untuk memelihara, pertama itu sekitar 150 ekor saya tebar, dalam kurun waktu 2 bulan sudah bisa panen dan kami bagi-bagikan ke tetangga,” katanya.
Darmia pun mulai mengkonsumsi ikan lele bersama keluarga. Rasanya yang nikmat dan hasilnya melimpah. Apalagi benih lele yang dipelihara sudaha mencapai ribuan ekor. Hasilnya pun sempat dipasarkan ke lokasi penjual sari laut. “Jadi ikan yang saya pelihara itu ada yang jual lalu modalnya digunakan untuk merintis Rumah Makan Trans Wonua. Itu sekitar tahun 2014. Saat itu saya berpikir ketimbang jual ke luar kenapa tidak buat rumah makan sendiri. Makanya, resto Trans Wonua bisa ada sampai sekarang,” sambung Darmia.
Trans Wonua Suasananya cantik dan menarik. Pemandangan latarnya natural dan tidak membosankan. Darmia memaparkan bahwa Trans Towua awalnya tempat makan biasa saja, namun setelah mendapat saran dari salah satu teman sang adik untuk membuat desain gazebo. Karena letaknya yang strategis di tengah hamparan sawah hingga membuat banyak orang tertarik dan berbondong-bondang datang ke Trans Towua. Bicara soal penghasilan, tak perlu diragukan.
Usaha kuliner ini bisa menghasilkan ratusan perbulan dan memiliki 12 karyawan tetap. “Proses perjalanan Trans Towua sangat panjang. Kepuasan pembeli adalah ibadah kami. Mau nambah beberapa kali juga silahkan,” ujar wanita berkaca mata ini. Sebagai destinasi wisata kuliner, Trans Wonua tentu masih membutuhkan sentuhan sentuhan inovatif agar semakin menarik dari pemerinta seperti tempat-tempat berswafoto, taman permainan tradisional serta taman edukasi.
Selain itu tantangan tersendiri saat ini adalah ramainya pertumbuhan rumah makan. Belum lagi produk mancanegara seperti makanan fast food membuat makanan tradisonal tersisih. Kata Dramian, menjaga mutu, kebersihan juga pelayanan sangat penting dalam memajukan usaha kuliner. Lalu, kelestarian makanan tradisional di tengah gempuran makanan asing sangat penting untuk dilakukan. Salah satu upaya untuk melestarikan makanan tradisional tersebut adalah diawali dengan memperkenalkannya.
Demi melestarikan aneka makanan tradisional khas daerah, sudah seharusnya kita memiliki kepedulian dan rajin untuk membeli makanan tradisional. Sehingga mampu memberikan semangat dan mendukung bagi para pengusaha atau pengrajin agar tetap dapat lestari. Dengan mengkonsumsi dan rajin membeli makanan tradisional akan memberikan peluang pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). (ADV)