Angka Stunting di Kendari Pada 2022 Menurun

HALUANSULTRA.ID,KENDARI – Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022 angka stunting di Kendari 19,5 persen, angka ini menurun dari 2021 angka stunting 24 persen. Berdasarkan data SSGI itu, angka stunting Kendari terendah dibandingkan dengan kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara. Dimana persentasenya berada pada 21 persen hingga 41 persen. Kendari, Jum’at (27/01/2023).

Sebelumnya, Penjabat (Pj) Wali Kota Kendari Asmawa Tosepu mengingatkan, organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, agar serius dan fokus melakukan upaya penanganan kasus stunting di Kendari.

“Tahun 2023 pemerintah Kota Kendari menargetkan angka stunting menjadi 15 persen,” kata Asmawa. Berdasarkan data E-PPGBM puskesmas bulan Agustus menyebutkan, trend prevalensi balita stunting tahun 2020-2022, Kecamatan Puuwatu dengan prevalensi tertinggi pada 2020 yakni 8,8%, disusul Kecamatan Kendari Barat dengan prevalensi 8,7%, dan Kecamatan Wua-wua dengan prevalensi 5,0%.

Pada 2021 terjadi pergeseran dimana prevalensi stunting tertinggi terjadi di Kecamatan Kendari Barat 2,2%, disusul Kecamatan Kendari 1,8%, dan Kecamatan Puuwatu 1,5%. Pada 2022 prevalensi tertinggi terjadi di Kecamatan Kendari sebesar 2,7%, disusul Kecamatan Kendari Barat 2,6%, dan di urutan ketiga ada Kecamatan Abeli dan Kecamatan Wua-wua masing-masing 2,3%.

Jadi terdapat 5 Kecamatan dengan angka prevalensi stunting tertinggi 2020-2022 yaitu, Kecamatan Puuwatu, Kendari Barat, Kendari, Wua-wua dan Abeli. Sedangkan data trend perkembangan jumlah balita stunting pada 2020-2022 menunjukkan, bahwa jumlah balita stunting di Kendari rata-rata mengalami penurunan, dari 2020 ke 2021 yaitu, 466 orang menjadi 227 orang, tetapi mengalami peningkatan di 2022 yaitu 365 orang.

Beberapa Kecamatan dengan jumlah balita stunting tertinggi 2022, adalah Kecamatan Kendari Barat, Kendari dan Puuwatu. Tetapi terdapat 3 Kecamatan, yang mengalami penurunan jumlah balita stunting tahun 2020-2022 yakni, Kecamatan Mandonga, Baruga, dan Kadia.

Data itu menegaskan, sebaran jumlah balita stunting yang meningkat, menunjukkan masih tingginya masalah gizi dan faktor determinan pada balita yang ditemui di wilayah tersebut, dan perlu dilakukan intervensi gizi spesifik dan sensitif. (HS)

Tinggalkan Balasan