Indah dan Filosofis Tenun Jubah, Pakaian Kebesaran Buton dengan Corak Bervariasi

HALUANSULTRA.ID – Masyarakat Kepulauan Buton (Kepton) merupakan salah satu kelompok masyarakat di Sulawesi Tenggara (Sultra) yang cukup terkenal dengan berbagai kerajinan tenun, salah satunya kerajinan tenun berbentuk pakaian jubah. Dimasa Kesultanan Buton, Wolio jubah merupakan pakaian adat kesultanan Buton dan perangkat masjid. Salah satu jenis pakaian adat Wolio yakni Jubah Laulau. Kelengkapan dan aksesoris jubah ini tergantung jabatan dan momen acara yang dihadiri.

Jubah dengan motif garis-garis kecil yang dipakai oleh perangkat masjid keraton Buton mengandung filosofi bahwa perangkat masjid memiliki wewenang terbatas dalam hal ini hanya dalam urusan agama. Jubah digunakan dengan beberapa kelengkapan lainnya. Dilansir pada kikomunal-indonesia.dgip.go.id, kelengkapan jubah yang dikenakan yakni mahkota hiasan kepala seperti Baloe poporoki, bewe kata-katasi, bewe patawala, bewe padamalaka, bewe batawi. Kemudian kotango (baju dalam), sulepe (ikat pinggang), ewanga (keris/badik), Bhia (sarung), sala marambe (celana panjang) dan katuko (tongkat).

Seiring berkembangnya zaman jubah dikenakan oleh seseorang yang memiliki jabatan atau pembesar negeri. Jubah kebesaran masyarakat Buton ini sudah pernah dipakai oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Krearif (Menparekraf) Republik Indonesia (RI), Sandiaga Uno. “Pakaian jubah Buton ini pernah dipakai pak Sandi waktu beliau berkunjung ke Buton tepatnya di Baubau. Kebetulan waktu itu saya yang dipercayakan untuk membuatkan jubahnya,” kata salah seorang pengrajin tenun (penenun) di Baubau, Asri, Kamis 16 November 2023.

Menurutnya, saat itu jubah yang dikenakan Sandiaga dibandrol dengan harga Rp7,5 juta. Harga yang terbilang cukup mahal untuk sebuah hasil kerajinan tangan khas Buton. Namun, begitulah harga yang harus dibayar untuk bahan yang tidak biasa serta keahlian menenun dengan jangka waktu yang relatif singkat. Tak hanya itu, Asri bahkan pernah membuatkan jubah Buton dengan segala kelengkapannya seharga Rp13 juta untuk dikirim ke Kabupaten Buton Utara (Butur).

Ia mengatakan, corak dan bentuk pakaian adat Buton sangat unik dan beragam. Dikatakan unik karena tidak ada samanya dengan pakaian adat daerah lain di Indonesia atau bahkan di dunia. Keunikan tersebut tampak pada corak, bentuk, ragam, serta penggunaan masing-masing pakaian adat tersebut. Seperti tenunan model jubah Buton memiliki corak yang bervariasi, mulai dari jubah polos hingga bermotif.

“Jubah ini ada yang polos, ada juga yang bermotif seperti jubah Laulau. Harga per jubah juga beragam. Kalau polos paling murah Rp300 ribu. Kalau jubah Laulau itu paling standar Rp800 sampai Rp850 ribu. Tapi bisa diatas harga itu, tergantung bahannya,” ujar Asri. Di zaman sekarang ini, secara umum pakaian jubah Buton dapat disaksikan bila suatu pemerintah daerah (pemda) di wilayah Kepton mengadakan kegiatan (event). Jubah biasanya dipakai oleh kepala daerah maupun pejabat tinggi lainnya.

“Kalau paling sering ditemui itu kalau di kalangan masyarakat yang memakai jubah adalah perangkat Masjid Agung Keraton atau Masigi Ogena,” beber Asri. Selain kerajinan tenun model jubah, Asri juga bisa menenun pakaian untuk wanita yang disebut baju Koboroko. Bagi yang ingin memiliki baju Koboroko tersebut, Asri bisa membuatkannya atau menyewakannya. “Kalau kita menyewakan baju Koboroko itu sewanya Rp300 ribu. Hitungannya pakaian diambil dari pagi sampai malam waktunya. Kalau mau dijahitkan itu harganya bisa berkisar diantara Rp5 hingga Rp12 juta,” turur Asri.(PS/ADV)

Tinggalkan Balasan