HALUANSULTRA.ID – Satu per satu cabang olahraga Sulawesi Tenggara (Sultra) yang berlaga di PON XXI Aceh-Sumut 2024, menuntaskan pertandingan.
Posisi Sultra di PON XXI pun melorot jauh mendekati dasar klasemen. Sampai siang ini, Jumat 20 September 2024, atau klasemen akhir kontingen Bumi Anoa berada di posisi 34 dari 38 Provinsi.
Sebanyak 28 cabang olahraga yang diberangkatkan berlaga pada PON hanya bisa menyumbangkan 1 emas, 5 perak, dan 8 perunggu. Total, 14 medali dikoleksi para atlet, setelah satu tambahan perunggu dari Kempo di hari terakhir PON.
Posisi Sultra turun drastis. Jika berkaca pada PON XIX di Jawa Barat 2016 silam, Sultra berhasil menyabet 6 emas, 4 perak dan 4 perunggu. Lalu, saat PON XX Papua 2021, Sultra merebut 5 emas, 5 perak dan 5 perunggu dan bertengger posisi 22 klasemen.
PON kali ini Sultra jauh tertinggal. Cabor-cabor unggulan belum bisa berbicara banyak. Hanya Softball Putri asuhan, Pahri Yamsul, sukses merebut emas.
Dayung, salah satu Cabor unggulan yang diharapkan mampu mendongkrak peringkat Sultra, nol emas. Mereka hanya mampu mendapatkan 4 perak, 3 perunggu.
Kemudian medali lain datang dari HAPKIDO 1 perak, 1 perunggu. Selanjutnya, perunggu dari Softball Putra, Tinju, Kempo dan Taekwondo.
Hanya 6 Cabor tersebut mampu naik podium. Cabor lain seperti Bulutangkis, Sambo, Wushu, Binaraga, Esport, Balap Sepeda, Tenis Meja, Atletik, Squash, Gateball, Gulat, Billiard, Karate, Kick Boxing, Renang, Golf, Selam, Sepak Takraw dan Cabor lainnya gagal total.
Ini tentu menjadi pelajaran berharga, karena target 5 emas gagal total. Apalagi daerah telah menggelontorkan anggaran mencapai Rp 11 miliar untuk KONI Sultra dalam mengangkat prestasi melalui hibah APBD 2024.

Pengamat Olahraga Sulawesi Tenggara, Arfin L Godo, mengungkapkan kegagalan Sultra dalam meraih target medali disebabkan karena kurangnya pembinaan baik provinsi mau pun di daerah.
Selain itu, proses untuk menuju PON tidak berjalan dengan baik. KONI Provinsi sebagai induk olahraga, lanjut dia, tidak membuat program terstruktur sambil menyesuaikan kondisi keuangan.
“Bagaimana mungkin mau dapat emas kalau TC (latihan terpusat) beberapa hari saja. Kemudian tidak ada pengadaan peralatan, gizi atlet tidak terpenuhi,” beber Arifin.
Jika KONI beralasan minim anggaran, lanjut dia, dana Rp 11 miliar yang dihibahkan Pemprov sangat besar kalau dikelola dengan baik. Hasil Pra PON menurut Arifin, bisa jadi acuan untuk mempertimbangkan Cabor ikut, hal itu kalau alasan dana, sehingga bisa digelar latihan terpusat lebih lama untuk Cabor berpeluang medali di PON.
“Daerah lain latihan terpusat (TC) bulanan hingga tahunan, sementara Sultra harian mau harap emas, kan aneh. Baru tanding bisa langsung keok. Kenapa? Karena kita minim persiapan. Lawan yang dihadapi ini ada juara nasional, Olympiade, Asian Games, Sea Games dengan persiapan matang,” sambung dia.
“Sultra ini kan ada target prestasi di PON, bukan mau pergi rekreasi. Kita bisa dibilang minim persiapan, bukan hanya menuju PON, tapi coba lihat proses pembinaan atlet,” sambung dia.
Menurut Arifin, selama PON baru kali ini Sultra bertengger posisi nyaris menjadi juru kunci. Khusus untuk Cabor dayung, Arifin, mengatakan materi yang dimiliki Sultra sangat bagus. Hanya saja, nutrisi yang diberikan tidak seimbang dengan energi yang dikeluarkan. Begitu pun dengan minimnya waktu pemusatan latihan. Artinya, ini menyangkut soal persiapan menuju PON.
“Atlet diberi makan nasi kotak, itu terbatas. Tidak akan kuat atlet. Coba siapkan prasmanan. Atlet bebas untuk memilih makanan. Seperti daging, sayur, susu, vitamin. Saya jujur sedih lihat kondisi atlet kita yang minim perhatian,” jelasnya.
Arifin berharap, hasil PON menjadi bahan evaluasi bagi induk olahraga dan juga pemerintah provinsi karena gagal total mencapai target.
“Tabel klasemen ini tersebar kemana-mana, seluruh provinsi di Indonesia lihat. Sedih juga karena kita ada di posisi 34 dari 38 provinsi, padahal kita memiliki banyak atlet berbakat,” tutupnya.

Sementara itu, Mantan Sekum KONI Sultra, Erikson Ludji mengungkapkan, berdasarkan pernyataan Ketum KONI Pusat, tolak ukur PON XXI Aceh-Sumut dinilai berhasil berdasarkan banyak record nasional dan PON terpecahkan.
“Saya juga merasa KONI Sultra pecah record dalam PON XXI Aceh – Sumut meraih 1 emas, karena ini baru pertama kali Sultra mendapat hasil seperti ini. Contohnya, Bandung kita 5 emas, Papua 6 emas, terbaru di PON Aceh-Sumut 1 emas, ya pecah rekor,” katanya.
Menanggapi capaian PON, Wakil Ketua I KONI Sultra, Sigit Prasetya, terlebih dulu mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Sultra yang memberi dukungan penuh. Bahkan PJ Gubernur bersama Sekda Provinsi hadir langsung melihat atlet.
Sigit juga meminta maaf kepada publik lantaran KONI Provinsi belum bisa memenuhi target. Induk olahraga sangat mengapresiasi perjuangan seluruh atlet yang pantang menyerah bertanding demi mengharumkan nama daerah.
Kata Sigit, banyak hal yang mempengaruhi gagalnya merealisasikan target tersebut. Namun, menurutnya, hal itu tidak dijadikan alasan atau pembenaran dari kegagalan kali ini. “Ada banyak hal yang akan kita evaluasi nantinya,” cetusnya.
Sigit mengatakan, selain evaluasi pasca PON, pihaknya akan segera melakukan pembinaan dan terobosan dalam pembinaan prestasi sehingga pada multi iven berikutnya prestasi Sultra semakin baik.
Sigit juga menjelaskan terkait banyaknya Cabor yang diberangkatkan mengikuti PON setelah lolos Pra PON, karena KONI ingin memberi kesempatan kepada semua Cabor untuk bertarung diajang bergengsi yang 4 tahun sekali diadakan. (Imn/HS)