Sensasi Nikmat Gula Aren Kolaka Utara, Manisnya Khas Tradisional

KOLAKA UTARA, HALUANSULTRA.ID – Selain bisa mengunjungi tempat wisata di Kolaka Utara yang terkenal akan keindahan alamnya, wisatawan juga boleh mencoba beragam makanan khas yang unik dan rasa yang luar biasa.

Kesempatan untuk mencicipi ragam kuliner merupakan sesuatu yang wajib dilaksanakan. Saat berwisata di Kolaka Utara, kita bisa menemukan aneka jenis buah tangan yang dijual di toko dekat objek wisata. Wisatawan pun bisa memilih jenis oleh-oleh yang diinginkan, salah satunya Gula Aren.

Gula aren merupakan salah satu kuliner tradisional dengan bahan dasarnya air dari pohon enau. Gula aren atau populer disebut gula merah merupakan bahan pemanis alami yang sangat disukai oleh kaum emak. Hal ini tidak lepas dari eksistensi gula aren itu sendiri yang dapat diolah menjadi makanan pendukung kuliner lainnya.

Proses pembuatan dimulai dengan sadap nira. Nira adalah cairan yang keluar dari bunga jantan pohon aren. Nira yang disadap dapat ditampung dalam ember atau jerigen. Kemudian nira yang sudah dikumpulkan dimasak dalam wajan besar di atas tungku kayu api. Proses memasak dilakukan hingga nira mendidih, mengental, dan berubah warna menjadi kecoklatan.

Setelah nira mendidih, masukkan parutan kelapa untuk membuat busa dan adonan gula turun. Selanjutnya, setelah adonan gula mengental, akan dituang ke dalam cetakan. Biarkan adonan gula mengental dan dingin selama kurang lebih satu malam. Setelah gula membeku, bungkus dengan daun kelapa kering.

Dalam proses perebusan, nira tersebut akan direbus di atas tungku dengan wajan besar. Dalam memasakan ini, kayu untuk tunggu sangat diperhatikan. Kayu yang digunakan aren yang sudah tua. Hal ini dikarenakan kayu aren tua dapat mempercepat proses memasak.

Meskipun memasak dengan kayu ini lebih cepat, namun membuat gula aren harus menggunakan api yang tidak terlalu besar. Karena jika menggunakan api besar gula akan hangus dan rasanya akan pahit, warnanya pun menjadi hitam.

Salah satu pengusaha gula aren Rumah Produksi Zahra di Lingkungan Indewe Timur, Kelurahan Lasusua, Mutmainnah, mengatakan setiap bulan mampu memproduksi maksimal dua kali. Hal itu bergantung ketersediaan aren yang dihasilkan petani di wilayahnya. “Untuk saat ini ada lima petani tetap kami membeli aren. Jika stok habis di pohon harus menunggu sekitar dua bulan kedepan baru menghasilkan lagi,” ujarnya.

Ia membeli aren petani per liter seharga Rp10.000. Dari 10 liter bahan cair itu bisa menghasilkan sekitar 9 kilogram gula. Dalam sebulan, maksimal memprodukai dua kali dalam tiga kemasan berbeda. “Cair, serbuk kemasan 250 gram dan padat. Untuk gula cair sekali produksi hasilkan 25-30 botol ukuran 500 ml,” terangnya.

Gula cair 500 ml tersebut dijual Mutmainnah seharga Rp.40.000. Sementara stok serbuk kemasan sedang kosong dan jenis padat berfariasi mulai Rp17.000-Rp19.000 per biji. “Sekarang harganya naik dari Rp15.000 ribu minggu lalu, alhamdulillah ramai peminat,” katanya.

Untuk membuat gula, ia memadukannya dengan air kelapa dengan perbandingan 1:1. Proses pengolahan berlangsung sekitar dua jam dengan masa ketahanan produk hingga enam bulan lamanya. Nah, 25 botol gula cair hasil produksi menghabiskan biaya sekitar Rp400.000.

Pada dasarnya bisa menghasilkan jumlah yang lebih banyak bergantung angka permintaan dan ketersediaan aren dari petani. “Pengambilan aren terdekat berjarak kurang lebih setengah jam naik motor. Di gunung,” tuturnya

Usaha yang dilakoni Mutmainnah tersebut telah berjalan lebih dari dua tahun. Khusus aren cair botolan baru dikembangkan sebulan terakhir, dan hanya dua pengusaha (satu lainnya BUMDes) yang memproduksi jenis tersebut di Kolut. Pihaknya berupaya terus merangkul para petani aren untuk bekerjasama melakukan jual-beli ketimbang diolah menjadi miras tradisional. “Insyaallah halal dan berkah bagi keluarga,” pungkasnya. (HS).

Tinggalkan Balasan