HALUANSULTRA.ID,KENDARI– Kasubag perencanaan keuangan dan pelaporan Dinas Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P2KB) Kota Kendari, Ahmad Fahrudin, mengatakan, kemiskinan bukan menjadi penyebab utama anak stunting, melainkan pola asuh yang keliru. “Kalau di Kendari hasil audit kasus stunting kemarin itu, lebih banyak ke pola asuh yang keliru,”kata Ahmad, Rabu (4/12/24).
Ia mencontohkan, anak lebih banyak dititipkan kepada keluarga atau pengasuh. Olehnya itu, dari segi pertumbahan anak lebih banyak diberikan camilan atau makan yang dari sisi kandungan gizi sangat kurang. Sedangkan utuk makanan utamanya tidak begitu diperhatikan.
“Jadi anak-anak itu kebutuhan gizinya tidak terpenuhi secara maksimal walaupun dia orang mampu, ini mungkin pemahaman orang tuanya karena sibuk jadi di titipkan. Nah ini yang bisa menjadi celah kebutuhan gizi anak itu tidak terpenuhi di masa pertumbuhannya sejak lahir sampai usia 2 tahun,” ungkapnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Ahmad menegaskan, Dinas P2KB Kota Kendari juga terus mengembangkan inovasi-inovasi terbaiknya, contohnya dengan hadirnya 58 klinik KB hasil dari pengembangan dan penerapan program Keluarga Berencana (KB). Kedepan diharapkan para ibu hamil dan melahirkan dengan taat bisa mengikuti program ini agar anak-anak bisa tumbuh seimbang sesuai dengan standar.
“Khusus untuk program Keluarga Berencana (KB) karena dia outputnya pelayanan KB, makanya sasaran kita itu adalah ibu hamil dan melahirkan. Jadi setiap ibu hamil yang melahirkan di fasilitas layanan kesehatan terutama di klinik-klinik KB di harapkan untuk menggunakan layanan KB ini dulu, baru setelah itu bisa mulai program lagi,” urainya.
Selanjutnya kata dia, terdapat juga program orang tua asuh. Dimana dalam program ini para orang tua asuh bertugas untuk melakukan pendampingan sesuai dengan rekomendasi dan intervensi yang dikeluarkan oleh tim.
“Kita juga ada yang namanya program orang tua asuh, jadi anak-anak stunting yang sudah terdata itu di buatkan SK orang tua asuh oleh Wali Kota. Mereka di dampingi, misalnya kebutuhan gizinya kurang. Berarti orang tua asuh ini bertugas menyiapkan gizi yang cukup. Begitu pun pendampingan yang lain seperti informasi,” pungkasnya.
Diakuinya, kolaborasi dan sinergi bersama antar pihak stakeholder pendukung juga sangat memberikan peran penting bagi realisasi penerapan program-program yang ada.
“Penekanan angka stunting tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, melainkan harus ada kolaborasi dari berbagai pihak. Hal itu agar supaya program yang dijalankan baik sensitif atau spesifik bisa berjalan dengan maksimal. Karena ini menjadi tanggung jawab kita bersama,” terangnya.
Reporter : Erviana Hasan