Kolaborasi Global untuk Lingkungan, UMK Gelar Lokakarya dengan TMP UK dan ASRA

HALUANSULTRA.ID – Universitas Muhammadiyah Kendari (UM Kendari), menjalin kerja sama dengan TMP UK dan Accelerator for Systemic Risk Assessment (ASRA) untuk menggelar lokakarya bertajuk Keanekaragaman Hayati dan Risiko Sistemik. Kegiatan ini diikuti oleh dosen, tenaga kependidikan, perwakilan perusahaan, serta instansi pemerintahan dan lembaga non-pemerintah di Sulawesi Tenggara.

Rektor UM Kendari, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Nurdin, M.Sc., IPU., ASEAN Eng., dalam sambutannya menyoroti pentingnya pendekatan kolaboratif untuk menghadapi tantangan lingkungan di Sulawesi Tenggara.

“Sultra merupakan wilayah kaya akan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam yang melimpah. Namun, pesatnya ekspansi industri pertambangan membawa tantangan besar, termasuk risiko sistemik yang mengancam keberlanjutan ekosistem dan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

Menurut Nurdin, kolaborasi antara akademisi, praktisi, dan lembaga internasional seperti TMP UK dan ASRA menunjukkan bahwa solusi atas permasalahan lingkungan memerlukan pendekatan lintas sektoral dan berbasis ilmu pengetahuan.

“Kami merasa terhormat bermitra dengan TMP UK dan ASRA dalam inisiatif ini. Pendekatan kolaboratif ini adalah langkah nyata untuk melindungi keanekaragaman hayati melalui sinergi global,” tambahnya.

Ivana Ema Pavkova, pada sesi utama lokakarya, dalam paparannya, ia menjelaskan bahwa TMP, yang berdiri sejak 2009, berfokus pada analisis lingkungan, sosial, dan keamanan terkait perubahan iklim jangka pendek.

“Banyak data penting mengenai perubahan iklim yang belum tersedia, terutama informasi yang membantu memahami transisi dari kondisi saat ini ke proyeksi 6-10 tahun mendatang,” ujar Pavkova. TMP menekankan bahwa perubahan iklim, persaingan sumber daya, dan hilangnya keanekaragaman hayati merupakan risiko yang saling berkaitan. Sayangnya, risiko ini kerap ditangani secara terpisah, sehingga solusi yang dihasilkan kurang efektif.

Pada 2023, TMP memperkenalkan ASRA sebagai respons terhadap kebutuhan penanganan risiko sistemik secara holistik. ASRA bertujuan menyederhanakan proses penilaian risiko sistemik dan menyelaraskan strategi mitigasi di berbagai sektor.

Sulawesi dipilih sebagai lokasi percontohan karena keunikan geofisik, tingginya keanekaragaman hayati, dan tantangan lingkungan yang dihadapi. Pavkova menyebutkan bahwa tekanan terhadap keanekaragaman hayati di wilayah ini semakin meningkat akibat ekspansi tambang nikel dan perkebunan kelapa sawit.

“Dokumen dan lokakarya ini bertujuan meningkatkan pemahaman bersama tentang risiko sistemik yang dihadapi Sulawesi. Tidak hanya dari sisi keanekaragaman hayati, tetapi juga dampak sosial, ekonomi, dan politik yang timbul akibat degradasi lingkungan,” jelasnya.

Pavkova mengajak seluruh peserta untuk memberikan masukan terhadap analisis yang telah disusun, guna memastikan langkah-langkah mitigasi yang lebih tepat sasaran.

Kehadiran berbagai pemangku kepentingan, mulai dari akademisi hingga perwakilan pemerintah, menegaskan pentingnya kerja sama multipihak dalam menangani risiko sistemik. “Kolaborasi ini adalah bukti nyata bahwa tantangan global dapat diatasi dengan sinergi yang kuat antara ilmu pengetahuan, kebijakan, dan keterlibatan masyarakat,” kata Nurdin.

Lokakarya ini menjadi langkah strategis dalam memperkuat kerja sama internasional untuk pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan di Sulawesi Tenggara. (HS/Nu)

One Response

  1. Cici Bahrin Desember 11, 2024

Tinggalkan Balasan