Gurihnya Parende, Sub Ikan Segar Khas Masyarakat Buton

HALUANSULTRA.ID – Sulawesi Tenggara merupakan provinsi yang mempunyai potensi wisata yang masih sangat alami untuk dikunjungi. Terdapat banyak pulau-pulau, desa dan pantai indah yang menawarkan karakter alam berbeda beda. Nah, cerita tentang tempat wisata, sudah pasti akan berhubungan dengan kuliner. Di Kabupaten Buton, tidak sulit untuk menemukan lokasi goyang lidah. Penjaja makanan, mulai dari warung kecil hingga resto sudah ada menghiasi daerah tersebut. Masing-masing dari tempat ini menawarkan keunggulannya tersendiri. Misalnya, rumah makan Paseba yang terletak di Desa Banabungi.

Lokasinya yang berada di pinggir pantai atau menghadap ke laut membuat resto ini sangat diminati oleh berbagai kalangan. Umumnya untuk orang-orang yang ingin makan sambil menyaksikan pemandangan laut. Dari depan, warung ini tampak sederhana. Namun siapa mengira, lokasi dibuat romantis dengan adanya pondok-pondok atau gazebo yang dibangun dari kayu. Ada juga meja di ruang terbuka yang dirancang dari ban mobil. Semua disusun dengan cantik sehingga layak untuk ditempati. Penyusunan kayu ini lebih terlihat seperti karya seni modern.

Para pengunjung di rumah makan Paseba, Kabupaten Buton.

Rumah makan Paseba, menawarkan menu seafood pada umumnya. Salah satu kuliner andalan yang ditawarkan adalah Ikan Parende. Bicara parende, ini adalah masakan khas yang masih tetap lestari hingga saat ini di tanah Buton. Parende merupakan makanan olahan dari ikan segar dan bumbu sederhana, mudah ditemukan di banyak rumah makan. Bahkan selalu menjadi menu utama dan favorit. Sajian parende itu memang menggugah selera siapa pun yang mendengar apalagi melihatnya. Ikan segar di dalam kuah panas berwana kuning, dicampur dengan dedaunan kemangi dan belimbing juga tomat benar-benar sangat khas dan menarik. Penikmat tak perlu mencari sayuran. Sebab parenda dan nasi putih sudah menjadi menu komplit. Bagi yang hoby, bisa menambah cabe pedas dan perasan jeruk nipis.

Di berbagai acara daerah, pesta rakyat ataupun hajatan lainnya tak pernah absen menghadirkan ikan parende. Makanya, menu ikan parende yang ditawarkan rumah makan Paseba, sangat ramai dikunjungi pencari kudapan siang. Para tamu daerah pejabat setempat juga kerap di jamu di rumah makan ini. Saking ramainya, pelanggan paling minimal harus menunggu 30 menit untuk mencicipi pesanannya.

Suasana di rumah makan Paseba, Kabupaten Buton.

Menurut pemilik rumah makan paseba, Anti, memasak parenda punya tehnik sendiri untuk mendapatkan rasa daging ikan yang tetap gurih. Kuah parende harus dididihkan lebih dulu, lalu kemudian menaburkan bumbunya. Terakhir barulah memasukan ikan segarnya. Tak ada kekhususan untuk jenis ikan yang bisa dibuat barende. Semuanya boleh, tergantung selera. Namun khusus di rumah makan selalu menyiapkan ikan berkelas seperti ikan kakap merah atau ikan tuna. Satu mangkok parende plus nasi dibandrol dengan harga 30 hingga 60 ribu rupiah. Tergantung ukurang ikan yang dipesan. Harga terendah biasanya semangkok berisi 2 potong ikan tuna. Sedangkan harga tertinggi diporsikan dengan parende berisi kepala ikan.

Wanita yang kerap disapa Ibu Anti ini mengatakan, sejak dibuka beberapa tahun lalu sudah banyak pelanggan dari dalam dan luar kota. Pengunjung tersebut sangat suka dengan konsep warung makannya sekaligus menunya yang lain dibanding warung lain karena menghadirkan ikan laut asli yang diolah ala makan di pantai. “Silahkan mampir kalau ingin merasakan ikan parende Paseba,” katanya.

Pengunjung makan sambil berswafoto

Ibu Anti pun membeberkan, memilih usaha warung makanan karena kebutuhan sehari-hari adalah makan. Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa dihindari, manusia tidak mungkin bisa bertahan hidup tanpa makan. Hal inilah yang menjadikan usaha rumah makan selalu menjanjikan untuk dijalankan. “Kalau awal merintis memang harus dipromosikan. Ya alhamdulillah, kami masih buka sampai sekarang. Prinsip kami pengunjung yang datang, akan kembali lagi,” cetusnya.

Kata dia, pengunjung akan lebih cenderung mencari rumah makan yang umumnya penjualnya ramah, karena sejatinya tempat makan itu bukan hanya sekedar lokasi untuk mengisi perut yang lapar tetapi juga tempat interaksi. Lalu, tempat makan bersih, terang dan nyaman. Kenapa ? karena makanan akan menjadi terasa lebih nikmat jika tempat untuk mengkonsumsi bersih dan nyaman, suasanya mendukung dan tempatnya terang. Tempat makan yang bersih dan terang juga akan memberikan kesan rumah makan mewah, selain itu tempat terang akan menjadikan tempat terlihat selalu ramai pengunjung.

Pengunjung menikmati hidangan

Ditempat berbeda, Kepala Dinas Pariwisata Sultra. H. Belli, mengatakan, seperti di daerah-daerah pada umumnya Sultra memiliki beragam kuliner unik dan lezat yang bisa dicoba oleh wisatawan mana pun. Tentunya, kuliner juga bisa dijadikan oleh-oleh, misalnya yang akan di Kabupaten Buton.

Menurut Kadis, instansinya kerap menggelar pelatihan bagi pelaku UMKM untuk meningkatkan pengetahuan, motivasi dan kompetensi pengelola usaha jasa kuliner dalam melakukan inovasi yang kreatif, dan meningkatkan higienitas sajian kulinernya untuk lebih berkualitas dan bernilai jual. “Misalnya ikan parende. Nah ini kalau disajikan dengan bumbu sesuai, terus lokasi bersih dan nyaman, pelayan ramah. Saya yakin, pengunjung pasti antri,” tutupnya. (ADV)

Tinggalkan Balasan